FAJAR DI HARI SENJA
Karya Putri Tara Andesta
Fajar adalah sinar – sinar mentari yang timbul dari sebelah timur sebelum matahari menyebul memperlihakan cahayanya. Fajar adalah bias sinar mentari berwarna jingga yang memahat pada langit malam yang mulai memudarkan warna pekatnya. Fajar adalah sebuah pembukaan untuk menyambut pagi hari yang cerah.
Lantas, mengapa orangtuamu memberi namamu Fajar????
Kala itu kita duduk dibawah pohon yang sangat rindang dengan beralaskan tikar. Kala itu umur kita masih menginjak 15 tahun,aku duduk disebelahmu. Mendengar pertanyaanku kaupun menjawab,
“ karena, mereka ingin aku tumbuh seperti fajar yang ada disetiap pagi hari. Memberikan warna kepada setiap orang yang ada disekitarku, menyinari kehidupan yang gelap seperti fajar pagi yang menyinari langit – langit malam secara perlahan – lahan.” Ucapmu sambil tersenyum.
 |
Fajar di Hari Senja |
Senja adalah sinar – sinar mentari yang timbul dari sebelah barat ketika matahari mulai tergelincir di kaki kaki langit dan menjadikannya terbenam. Senja adalah bias mentari yang berwarna jingga, sama seperti sang fajar namun Senja adalah penutupan hari dan pembukaan untuk menyambut sang malam yang pekat.
Dan bagaimana denganmu? Mengapa kedua orangtuamu memberi namamu Senja?
Kala itu kau tatap wajahku dengan seksama dan menantikan jawabanku. Dan akupun menjawab,
“ aku tidak tahu apa arti namaku , yaitu Senja.” Ucaku sambil mengangkat kedua bahuku
Kau mengerutkan kedua alismu,
“ mengapa kamu tidak tahu arti dari namamu itu? Mengapa kamu tidak bertanya kepada mereka?”
Aku hanya terdiam dengan mata yang berkaca – kaca dan kaupun semakin tidak mengerti
“Mengapa kamu hanya diam? Ayo, sekarang kamu aku antar pulang saja dan menanyakan kepada kedua orangtuamu tentang arti dari namamu itu!” ucapmu sambil mendorong kursi rodaku
“tidak usah Fajar!!!! Mereka tidak pernah ada dalam hidupku!” ucapku menahan dorongan Fajar
“ apa maksudmu, Senja?”
“ fajar, aku ini hanyalah anak panti yang dibuang oleh kedua orang tuaku disaat aku tidak bisa mengenali siapa gerangan mereka. Bagaimana mungkin aku tahu apa arti dari namaku ini! sedangkan orang yang memberi namaku saja aku tidak tahu, jangankan mengenalinya, mendengar semilir namanya saja aku tidak pernah!!!” ucapku tegar tanpa ada setetes airmata yang terjatuh
“ lalu, bagaimana kau tahu bahwa merekalah yang memberi namamu Senja.”
“ menurut pengasuhku saat dipanti, saat itu aku ditemukan dalam keadaan yang menyedihkan. Kedua orangtuaku meletakkanku diatas kardus dan menyelimutkan tubuhku dengan kain rombeng. pengasuhku itu menemui selembar kertas yang bertuliskan, ‘kami mohon jagalah anak kami dan berikanlah dia nama, Senja!’ tak mengerti apa alasan mereka meninggalkan aku disana.” Ucapku dengan linangan airmata.
“Senja, maafkan aku karena secara tidak langsung aku telah mengingatkanmu pada masa lalumu itu!”
“ tidak apa – apa Fajar. Aku hanya ingin kau tahu semua yang ada pada diriku, bukankah kau sendiri yang selalu bilang jangan pernah bersikap tertutup satu sama lain?” ucapku tersenyum.
“ jangan bersedih, Senja!” sambil menghapus airmataku
“aku tidak bersedih, Fajar! aku hanya terharu karena telah menceritakan ini padamu!” ucapku sambil tersenyum.
***
Kala itu kita sudah mulai beranjak dewasa. Kau terlihat semakin tampan dan bijaksana. Saat itu kau mengajakku berkeliling taman dan kau masih seperti yang dulu, selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi.
“ STOP!” seruku
“ ada apa Senja?” ucapmu sambil membungkukkan badanmu.
“ kita kesana ya!” pintaku sambil menunjuk pada sebuah pohon besar yang dikelilingi oleh gugur – guguran daun kering.
Kaupun hanya mengangguk.
Sesampainya disana…..
“ Senja, apakah kamu merasa dingin?”
“ tidak. Selama kau ada disini aku tidak akan pernah merasa kedinginan. Fajar, kamu tahu tidak kenapa aku ngajak kamu kesini?”
“ aku tahu, karena sedari dulu kau selalu suka duduk dibawah pohon yang rindang seperti ini.” ucapmu tersenyum.
“ kamu tahu kenapa?”
“ ehm…” sambil menggeleng
“ karena duduk dibawah pohon seperti ini terasa damai dan tentram dengan hembusan angin yang lembut ditambah lagi guguran daun – daun itu yang jatuh secara alami, apakah kau bisa merasakan itu?” ucapku memejamkan mata.
“ aku bisa merasakannya, sangat damai.” Ucapmu sambil menikmati semilir angin
“Fajar, menurutmu apakah aku pantas mendapatkan nama Senja?? Bukankah senja itu indah dan menawan?? Tidak seperti diriku ini?”
Kau tersentak…
“ Senja, apa yang sedang kau bicarakan?? Hey… kamu pantas mendapatkan nama itu. Kamu mampu menjadi sebuah senja seperti itu!” ucapmu sambil menunjuk pada langit senja sore itu.
“ tapi, aku adalah gadis cacat yang kehilangan kaki kiriku, bagaimana mungkin aku bisa menjadi indah seperti senja itu!”
“ Senja, keindahan itu bukanlah berasal dari fisik melainkan dari lubuk hati seseorang. Kamu memiliki hati yang lembut dan akan merubah semuanya menjadi indah!”
“Fajar, terimakasih karena kamu selalu menyemangati hidupku, mengisi hari – hariku tanpa pernah membiarkan aku dalam kesepian dalam menjalani hidup ini. Fajar, apakah saat – saat ini akan selalu ada dalam hidup kita?”
“ aku akan selalu berada disisimu, Senja dan mengisi kekurangan satu sama lain dan saat – saat ini tak kan pernah menghilang dalam hidup kita, percayalah!!”
***
Pagi itu hujan turun mengguyur bumi. Aku hanya duduk diteras rumah sambil memandangi rintik – rintik hujan yang berdenting lembut dan bernada.
Sendiri…..
Ya, aku hanya sendirian disini. Kedua orangtua asuhku sedang dinas diluar kota untuk beberapa hari sedangkan Fajar, biasanya dia datang kesini tetapi pagi ini, dia belum juga datang mungkin karena hujan. Ada sepiring roti bakar dan seteko teh hangat diatas meja tepat disebelahku. Aku selalu menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Namun Fajar belum juga datang sama seperti fajar pagi yang tidak muncul karena ditutupi oleh awan mendung.
“Huh…. Dingin sekali disini!” batinku
Aku memutuskan untuk menunggunya didalam rumah, tetapi…
“ Senja!!!” teriak seseorang dari kejauhan
Terlihat samar – samar tubuhnya yang sedang melajukan motornya diantara jutaan rintik hujan.
“ yaampun Fajar!!! Kenapa kamu nggak pakai jas hujan lihat tubuhmu jadi basah kuyup kayak begini!”
Namun kau hanya tersenyum dan terdengar suara gigi – gigimu yang bergemeretak dahsyat, kau menggigil.
“ ayo cepat masuk dan ganti bajumu!” ucapku sambil menuju kamar ayah
Beberapa saat kemudian…
“ yaampun Fajar, kenapa harus hujan – hujanan kayak gini sih?” ucapku sambil menyelimuti tubuhmu.
“ tadi aku kehujanan dijalan dan lupa bawa mantel hujan!”
“ kenapa nggak neduh dulu?”
“ aku khawatir sama kamu dan aku tidak ingin kehilangan moment sarapan bareng sama kamu!” ucapmu cengengesan
“ tapi…” ucapku yang masih memasang wajah cemberut
“ yaudah…. Aku nggak apa- apa kok!”
“ yaudah, lain kali nggak boleh kayak gini lagi ya!” ucapku sambil menyuapimu roti bakar dan segelas teh hangat.
“ Fajar, kamu tahu tidak? Bahwa kamu adalah orang yang sangat baik hati, penyayang, yang pernah aku kenal, aku belum pernah menemui orang sebaik dirimu sebelumnya!”
“ Fajar…… Fajar…..”
Ternyata Fajar sudah tertidur pulas, ahhhh.. ucapanku seperti dongeng saja!!
Segera ku baringkan tubuhnya diatas sofa dan menyelimuti tubuhnya dengan bed cover yang tebal dan tak sengaja tanganku menyentuh keningnya
“ ASTAGA FAJAR!! Kamu demam!!!!”
Kudorongkan kursi rodaku untuk mengambil es dan segera mengkompres keningnya.
“ Fajar, segitu khawatirkah kamu padaku? Hingga kau tak peduli dengan kesehatanmu sendiri??” ucapku dalam hati
“ Fajar, kau selalu memberikan yang terbaik untuk hidupku, namun apakah sejauh ini aku selalu melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan untukku? Fajar, maafkanlah aku, jika selama ini aku hanya dapat merepotkan hidupmu dengan semua kekuranganku ini!!!! ucapku sambil mencium keningnya yang masih terasa panas.
***
“ besok aku jemput kamu ya!”
“ memangnya kita mau kemana?”
“ kebawah pohon idamanmu itu, kemarin aku lihat banyak sekali dedaunan kering disana yang berguguran.”
“ benarkah??? Yaudah kamu hati – hati dan jangan lupa minum obat ya!”
“ siap Boss!!!” ucapmu sambil melajukan motor.
Aneh sekali, tidak biasanya dia membuat janji untuk menjemputku.
Keesokan harinya, tepat jam 5 sore Fajar menjemputku dan mendorong kursi rodaku menuju taman yang tidak jauh dari rumahku.
“ Fajar, memang ada apa sih? tumben kamu bersikap kaya gini?”
“ udah… nanti kamu juga tahu!!!” ledeknya
Sesampainya aku disana, ternyata benar banyak sekali dedaunan kering yang berjatuhan, indah sekali! Langitpun mulai memahat Senja yang berwarna jingga itu.
“ Senja…..” panggilmu sambil menggenggam kedua tanganku
“ iya… kamu kenapa sih?” ucapku sambil tertawa melihat adegan ini
“ maukah kau menjadi bagian dari hidupku? Menikahlah denganku, Senja!”
“ Fa… Fa… Fajar… apa maksudmu?”
“ Senja, aku mencintaimu sejak dari dulu hingga sekarang. Rasa cinta dan sayangku padamu semakin meyakinkan hatiku bahwa kaulah pendamping wanita yang pantas untukku!”
“ tapi… ini semua nggak mungkin!!!” ucapku sambil melepas genggaman tanganmu
“ tapi apa Senja??”
“ bagaimana mungkin kamu menikahi gadis cacat seperti aku???”
“ Senja, bagaimana mungkin kamu menolak lamaranku ini hanya karena keadaan fisikmu??? Bagiku, kaulah wanita yang paling indah didunia ini, masih ingatkah kamu ucapanku dulu, bahwa kamu memiliki hati yang lembut yang akan merubah semuanya menjadi indah?”
“ iya… aku selalu ingat setiap ucapanmu Fajar, tapi…”
“ kamu mencintai aku juga kan???”
Aku diam seribu bahasa…
“ ayo, jawab Senja! Jangan sembunyikan rasa cintamu itu!!! Ucapmu sambil memelas
“ Fajar dan Senja takkan pernah bisa bersama. Fajar datang dipagi hari untuk membuka hari yang cerah sedangkan Senja datang pada sore hari untuk menutup hari dan menyambut kedatangan sang malam. Begitu juga dengan kita Fajar!!! Kita takkan pernah bisa menyatu dan aku idak bisa membagiakanmu dan mengisi hari – harimu!” ucapku mulai menangis.
“ tetapi, Senja!!! Sadarkah engkau?? Bahwa sesungguhnya kita ini ditakdirkn untuk bersama. Sama halnya dengan Fajar dan Senja yang datang pada pagi dan sore hari, mereka berasal dari bias – bias cahaya matahari, bukankah mereka berasal dari matahari yang sama?? Hanya saja, Tuhan menciptakan waktu dan arah yang berbeda untuk mereka. Bukankah mereka memiliki tujuan yang sama??? Yaitu untuk memperindah langit dengan warna jingganya??
Senja, jika kau tak mampu mengisi hari – hariku maka izinkanlah aku untuk mengisi hari – harimu dan biarkanlah aku selalu ada disisimu.” Ucapmu sambil memelukku erat.
“ Fajar… iya… iya… aku sangat mencintaimu sejak dulu hingga sekarang!”
Kamipun menangis dalam satu pelukan
“ Fajar, apakah nanti kamu akan berbahagia denganku??”
“ Senjaku, banyak hal yang telah kita lalui bersama, sudah lebih dari 7 tahun kita bersama dan itu membuatku bahagia karena memilikimu.”
“ terimakasih Fajar!!! Kau akan selalu menjadi Fajar dalam hidupku!!!” ucapku dalam hati yang masih enggan melepaskan rangkulan itu.
***
FAJAR & SENJA
Aku masih menatap undangan itu. Sebuah undangan pernikahan kami beberapa tahun yang lalu. Aku masih terus memandangi potret pra wedding kami yang sedang duduk didawah pohon idamanku itu bernuansa natural dengan hembusan angin serta dedaunan kering yang berguguran.
Dulu aku selalu berfikir bahwa rasa cinta dan kasih sayang yang Fajar tunjukkan hanyalah perasaan iba semata. Namun, dengan seiringnya waktu, aku dapat meyakinkan diri ini bahwa cintanya mengalir tulus untukku.
Sebelum ada Fajar, hidupku terasa hampa, tanpa ada kedua orangtua yang mengasihiku ditambah lagi dengan kecelakaan yang menimpaku hingga merenggut kaki kiriku.
Namun, semua perasaan sedih itu sudah terbalaskan dan aku merasa lebih bahagia sekarang dengan adanya Fajar dan Jingga. Siapakah Jingga??
Jingga adalah buah hati kami, buah pernikahan kami yang tulus
Terimakasih Tuhan, karena engaku tekah hadirkan kebahagiaan dari semua rasa sedihku!!!
Kau telah memberikan Fajar dalam hidupku dan kau telah hadirkan Jingga untuk mewarnai hidup kami
PROFIL PENULIS
Nama : Putri Tara Andesta
Alamat : Jl. Raya PKP Gg. Anggur RT.004 RW.012 No.33 Jakarta Timur
FB : putritara@yahoo.co.id
TW: @putritaraa