Bibir Senja - Cerpen Persahabatan

  • mbahbejo
  • kata
    • kata lucu
    • kata bijak
    • kata mutiara
    • kata cinta
    • kata gokil
  • lucu
    • gambar lucu
    • pantun lucu
    • tebakan lucu
    • kata lucu
    • cerita lucu
  • berita
    • berita unik
    • berita politik
    • berita artis
    • berita aneh
  • kesehatan
    • asam urat
    • kanker
    • jantung
    • hepatitis
    • ginjal
    • asma
    • lambung
  • gambar
    • gambar unik
    • gambar lucu
    • gambar aneh
    • gambar animasi
    • video lucu
  • hoby
    • burung
    • ikan
    • piaraan
  • contoh
    • surat lamaran
    • recount text
    • descriptive text
    • curriculum vitae
    • deskripsi
  • video
    • video lucu
    • video hantu
    • video polisi
    • video totorial
    • video panas
    • video lagu
  • blog
    • SEO
    • template
    • script
    • widget
    • backlink
    • imacros
  • komputer
    • excel
    • macro excel
Home » Cerpen Persahabatan » Bibir Senja - Cerpen Persahabatan

Bibir Senja - Cerpen Persahabatan

BIBIR SENJA
Karya Sulkhan Khoiri

Aku rindu pada bibir senja, adakah ia kan hadir kembali setelah sekian hari ia tak pernah aku jumpai. “widia” dialah sahabatku yang biasa ku tulis dalam diariku bibir senja. semenjak kematian ayahnya gadis imut berambut ikal mayang ini tak jarang membungkam diri, dia lebih banyak memilih untuk diam dari pada tersenyum.

Sebulan sebelum kematian pak nufus “ayah widia” seperti biasa di saat waktu senja yang tertuang adalah sajian senyum canda dan tawa segenap sahabat, semua lebih suka widia yang banyak tersenyum. Tapi kini bibir senja sudahlah tiada lagi. kini widia bukan widia yang dulu, yang tarian bibirnya mampu menjelmakan suasana terasa seperti di sudut nirwana.

Bibir Senja
Widia adalah sosok gadis yang berbakti pada orang tua, terpancar aura kepolosan dari tubuhnya mampu memberi kebeningan pada senja dari bening kedua matanya. Aku tahu apa yang dirasakan widia, anak semata wayang bu ratni ini masih sedih merasa kehilangan seorang ayah. Di sinilah aku mulai membuka memori yang dulu. ku pasang pandang kedua mataku pada perbatasan senja dan malam. dengan perlahan sisa semburan sinar matahari mulai sirna, angin yang berhembuspun mulai menebar aroma wangi sang malam.

Seiring terbukanya pintu malam terbukalah pintu masa laluluku. dulu aku juga pernah kehilangan seorang ayah, ketika aku berusia enam tahun, tapi aku tidak seperti widia yang setiap saat mengisi waktunya hanya dengan melamun. Saat itu rasa kabung melingkar dijiwaku, dan itu adalah sebuah kesedihan yang ngilu terasa dalam jiwa. Namun semua itu tak lama mengeram dibenakku, cukup seminggu aku merasa duka semua ku anggap angin lalu. atau mungkin karena saat itu aku baru berusia tunas hingga semudah itu aku bisa melupakan duka saat itu. sedangkan widia sekarang beranjak tiga belas tahun, mungkin ia sudah mengerti sungguh betapa berartinya kehadiran seorang ayah dalam hidupnya.

Tak terasa pandang yang ku pasang sudah di tepian malam. sungguh betapa aku terkejut, ketika aku baru sadar dari lamunanku ternyata widia ada disampingku.
“melamun yah…” widia menegurku, suaranya lirih tatapannya lurus tak berliuk.
“tumben kamu keluar rumah wid… senja sudahlah beranjak pergi dan kini datang malam… sepertinya ada yang ingin kau kabarkan padaku…” aku mencoba menebak maksud kedatangan widia.
“mungkin hari ini adalah terakhir aku bertatap denganmu…” widia berucap, wajahnya berlahan mulai memerah.
“emang kamu mau kemana…?” tanyaku penasaran.
“tak sengaja tadi siang aku mendengar obrolan bu rina dan bu epi, bahwa burina sedang mencari anak perempuan untuk bekerja di rumah makan majikannya. disitulah kemudian aku berpikir panjang, dan akhirnya kebulatan hatiku memutuskan aku saja yang ikut bu rina. lalu aku datangi burina dan meminta diri ikut bersamanya, burina tanpa berpikir panjang menyetujui permintaanku”. widia menjelaskan maksudnya. kedua matanya separuh keduh, sepertinya akan membuncah hujan dari sudut kedua matanya.
“oh… di rumah makan burina yang di jakarta…?” lagi lagi aku mencoba menebak.
“iyah benar…” widia berujar, dengan mata yang berkaca-kaca.
aku jadi ikut terharu melihat yang sebentar lagi akan mengosongkan diri dari ruang cahaya persahabatan.
“terus bagaimana dengan sekolahmu wid…?” tanyaku
“ya terpaksa aku berhenti. ayahku sudah tiada, ibu sudah tak ada yang membantu cari nafkah lagi. lagian ibu takan sanggup membiyayaiku sekolah yang masih lama, dua setengah tahun lagi kan…” widia menjelaskan.

Widia memang anak yang berbakti pada orang tua. dari matanya berlahan meneteskan air mata ketika ia bercerita tentang ibunya yang malang, bicaranyapun tak jelas karena menahan tangis, hidungnya yang mungil berujung merah mega. Yang dulu bibir widia adalah tarian senja, kini berubah menjadi bibir tangisan malam, karena basah oleh air mata malam itu
“ya sudah gak usah bersedih…” aku sedikit menghibur widia.
“aku percaya padamu wid… kau adalah gadis yang berpendirian teguh. semoga kau dapatkan apa yang kau harapkan, dan mungkin hanya ini yang bisa ku bekali untukmu sebagai sahabat sedari kecil hingga sekarang dan mungkin hari inilah persahabatan kita terputus… entah berapa lama akan terputus…” aku menyambung pembicaraan, terus menghibur widia.

Hitam malam semakin pekat merata ke segala angkasa, hanya ada bening di sisi rembulan dan bintang, udara yang berhembuspun terasa dingin menjilat kulitku.
waktu terus berjalan, hanya tinggal menanti pagi dan widia harus pergi. Selamat menyongsong hidup yang kau harapkan wid… semoga tuhan memberi terang pada jalan hidupmu…

Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.
Ditulis oleh Unknown, Kamis, 29 Agustus 2013 04.57- Rating: 4.5

Judul : Bibir Senja - Cerpen Persahabatan

Deskripsi : BIBIR SENJA Karya Sulkhan Khoiri Aku rindu pada bibir senja, adakah ia kan hadir kembali setelah sekian hari ia tak pernah aku jumpai....
keyword :Bibir Senja - Cerpen Persahabatan, Cerpen Persahabatan
Posting Lama
Beranda
Postingan Populer
  • Cinta Antara Adik dan Kakak Kelas - Cerpen Romantis
    CINTA ANTARA ADIK DAN KAKA KELAS Karya Himatul Aliah Suatu hari dimana semua orang sudah terbangun dan bersiap-siap untuk memulai akt...
  • Sepasang Bidadari - Cerpen Ibu
    SEPASANG BIDADARI Karya Albertus Kelvin Namaku Mitsuko. Hari ini aku masuk sekolah seperti biasa. Ditemani oleh awan yang mendung dan...
  • Daun daun Pun Berguguran - Cerpen Cinta Remaja
    DAUN-DAUN PUN BERGUGURAN Karya Beatrix Intan Cendana Hari ini tepatnya musim gugur yang bagiku cukup menyejukkan, mungkin tak seperti...
  • Tiga Bulan Berujung Tangis - Cerpen Sedih
    TIGA BULAN BERUJUNG TANGIS Karya Khanissa Aghnia Afwa Namaku Ifha Dwi Ashilla, singkatnya Ifha. Aku seorang murid kelas 11 di SMA Negeri Ban...
  • Senja Pengusir Cahaya - Cerpen Cinta
    SENJA PENGUSIR CAHAYA Karya Atep Maulana Yusup Sabtu malam yang panjang dan sulit. Bagaimana tidak, aku di percaya untuk bicara langs...
  • Boneka Beruang dan Sepeda Butut - Cerpen Persahabatan
    BONEKA BERUANG DAN SEPEDA BUTUT Karya   Radifa Farah Putri berjalan lesu sepulang sekolah. Ia sangat tersinggung dengan perkataan Sarah keti...
  • Pelangi di Malam Hari - Cerpen Cinta Romantis
    PELANGI DI MALAM HARI Karya Elisabeth Cecilia Setiap nafas yang kurasakan aku selalu merindukan pelangiku, selalu mencari-cari segalanya yan...
  • Berhenti Mencintaimu - Cerpen Cinta
    BERHENTI MENCINTAIMU Karya Mellysaurma Aku terlarut dalam lagu Tak sanggup lagi(Rosa) yang mengalun begitu lembut. Begitulah kiranya ya...
  • Kumpulan Cerpen Remaja Part III Update 2013
    Cerpen Remaja - Banyak Cerpen Remaja yang sahabat Loker Seni Kirimkan ini bahwa menandakan dunia fiksi di Indonesia ini sangat berkembang ...
  • Jangan Melihat Buku Dari Sampulnya - Cerpen Motivasi Remaja
    JANGAN MELIIHAT BUKU DARI SAMPULNYA Karya Mahendra Sanjaya Hi.. perkenalkan, namaku Mahendra Sanjaya. Teman-teman biasa memanggilku Jaya. Ak...

Info mbahbejo © Bibir Senja - Cerpen Persahabatan