Teman Masa Lalu - Cerpen Cinta

  • mbahbejo
  • kata
    • kata lucu
    • kata bijak
    • kata mutiara
    • kata cinta
    • kata gokil
  • lucu
    • gambar lucu
    • pantun lucu
    • tebakan lucu
    • kata lucu
    • cerita lucu
  • berita
    • berita unik
    • berita politik
    • berita artis
    • berita aneh
  • kesehatan
    • asam urat
    • kanker
    • jantung
    • hepatitis
    • ginjal
    • asma
    • lambung
  • gambar
    • gambar unik
    • gambar lucu
    • gambar aneh
    • gambar animasi
    • video lucu
  • hoby
    • burung
    • ikan
    • piaraan
  • contoh
    • surat lamaran
    • recount text
    • descriptive text
    • curriculum vitae
    • deskripsi
  • video
    • video lucu
    • video hantu
    • video polisi
    • video totorial
    • video panas
    • video lagu
  • blog
    • SEO
    • template
    • script
    • widget
    • backlink
    • imacros
  • komputer
    • excel
    • macro excel
Home » Cerpen Cinta » Teman Masa Lalu - Cerpen Cinta

Teman Masa Lalu - Cerpen Cinta

TEMAN MASA LALU
Karya Dea Anisa Ramadhanti

Tiba tiba terjadi kehebohan di SMA CITRA JAYA. Gosip-gosip berterbangan bak kertas tertiup angin. Tak satupun siswi-siswi melewatkannya. Karena gosip ini kebetulan menyangkut masalah cowok.
“Eh... eh... loe udah denger belum mau ada anak baru. Pindahan dari Australi lho... Pasti keren.. Plus tajir. Ya nggak..?” Kata salah seorang siswi dengan antusiasnya.

Di pojokan, seorang siswi lain sedang membaca buku, sambil memperhatikan setiap perkataan orang-orang yang ada di sekitarnya. ‘ngomongin apaan sih..’ dia bergumam.
“dooor...!! Hayooo lagi ngelamunin apa tuh... Jangan –jangan loe ngupingin anak-anak pada ngomongin cowok baru itu ya...” Siska, tiba-tiba membuyarkan lamunan Dinda.

Sedikit marah Dinda menyahut “apaan sih... Ngganggu orang lagi baca buku aja...”
“baca buku kebalik gitu... Mau ngebohongin gue loe...?”

Teman Masa Lalu
Dinda baru menyadari buku yang ia baca terbalik, saking asiknya ngupingin anak cewek yg lagi ngomongin cowok baru“ah... Eh... Iya ding... Hehe...” Dinda nyengir kuda.
“loe belum denger kalo’ ada anak baru..? Aduh... Ketinggalan jaman loe....” Sambil berkata Siska menyikut lengan Dinda.
“ah... Sebodo amat... Nggak mau ambil pusing aku. Mau ke kelas dulu. Belajar.” Dinda berdiri, pergi berlalu meninggalkan siska yang masih heboh.
“eh... Eh... Tungguin gue...” Setengah berlari.
Tak urung juga dinda kepikiran. ‘siapa sih tu cwok..? Sampe heboh gitu...’


Seseorang lewat di depan dinda. Dari yang awalnya cuek, dinda jadi ikut terpesona. Dinda melongo. Sementara temen-temen cewek di sampingnya, kembali heboh seperti waktu itu. Cengar-cengir, kata waw dimana-mana. Tak bisa di pungkiri, saat itu dinda ikut berkata ‘waw’ dalam hati.
“ya ampun.... Gantengnya....” Seorang menyeletuk.
Sekembalinya cowok itu dari kantin, dinda tetap terpesona. Merasa canggung cowok itu akirnya tersenyum karena sedari tadi di perhatikan. Dinda semakin tak berkutik. Memperhatikan setiap garis wajah yang ada di depannya. Tiba-tiba dinda menyadari sesuatu. Kenapa dia merasa pernah bertemu orang ini?


Dinda baru menyadari ia lupa mengembalikan buku yang kemarin ia pinjam di perpustakaan. Dan yang lupa mengembalikan akan di denda. Memang tidak besar, cuma Rp 1000,-. Tapi tetap saja dinda tidak mau. Uang Rp 1000,- bisa di gunakannya untuk amal jum’at di sekolah daripada membayar denda.
Saking terburu-buru dia menabarak sesorang di depannya. Bruuuuuukkkkk......!!!!!!
Dinda terjerembab di lantai. Spontan dinda meringis “aduuuuh....!!”

Seseorang mengulurkan tangannya untuk dinda. Ia mendongak. Dan... Si cwok ganteng yang mengulurkan tangan padanya. O mai gad..., dengan malu- malu dinda menyambutnya. Tangan yang menurut dinda.. Sangat,,, lembut.
Setelah berdiri dengan bantuan si cwo ganteng dinda menunduk meminta maaf “sory ya... Lagi buru2. Makanya nggak lihat kamu di depan. Hehe...” Dinda menghilangkan image gugup-nya dengan menyengir.
Cwok itu tersenyum, “nggak papa. Lagian gue juga nggak kenapa-kenapa.” Cwok itu tersenyum lagi, lalu melanjutkan perkataannya, “ oh ya... Karena gue anak baru, jadi gue harus sering –sering kenalan sama siapa aja. Gue... Dylan. Dylan prayoga. Loe sendiri..?”
Entah karena apa, dinda melongo. Ini kebetulan aja namanya sama atau orangnya emang sama?

Dinda tergagap setelah orang di depanya melambai-lambaikan tangannya di depan wajah dinda.
“nama lo siapa?” Cwok itu mengulang pertanyaannya lagi. Masih dengan senyum.
“aku... Dinda. Dinda kirana.”
Entah kenapa kini cowok itu yang melongo.
“dinda kirana?” Katanya sedikit penasaran

Dinda mengangguk pelan. Lalu cowok itu mengeluarkan sesuatu dari balik seragamnya
“kalo bener lo dinda yang gue kenal, lo pasti tau sama kalung ini...” Kata cwok itu sambil memperlihatkan kalung yang ia kenakan kepada dinda.
Reflek dinda juga mengeluarkan sesuatu. Kalung yng sama persis seperti milik cwok yang katanya dylan prayoga.

Kedua kalung itu di satukan. Kalung berbentuk hati.
“jadi... Kamu yoga yang....”
Belum sempat dinda melanjutkan kata-katanya, cowok itu keburu memeluknya.
Dinda tak sadar air matanya telah menetes. Bayangkan saja, orang yang dulu culun, ia bela dari teman-temannya yang jail, melawan dan memberi suport jika terjadi sesuatu, sekarang telah berubah menjadi seseorang yang sangat.... Ganteng. Keren. Baik hati seperti dulu. Sekitar 5 tahun mereka berpisah, sekarang tuhan mempertemukan mereka lagi.


5 tahun yang lalu...
“hey culun... Sini’in uang jajan lo. Lo kan anak kaya... Jadi... So pasti uang jajan lo banyak kan. Ya nggak, temen2?” Kata dody tertawa-tawa bersama teman2nya.
Dengan takut-takut yoga mengeluarkan uang jajan nya di dalam saku. Tapi tiba-tiba, seorang anak perempuan yang tomboy datang dan mencegah si culun memberikan uangnya kepada gerombolan anak yang memalaknya tadi.
“nggak usah di kasih, yog! Mereka itu pantesnya di kasih tonjokan aja. Nih..!” Anak tomboy itu berkata sambil memamerkan otonya.
Tertawa-tawa dody berkata “ hahaha... Cwek kayak lo itu nggak ada tandingannya sama gue...!”

Dengan cepat dinda menoonjok muka dody.ddduuuuuuuukkk....!!! Melihat kejadian yang baru saja terjadi, gerombolan dody mulai bubar kecuali dody. Mereka kelihatan takut.
“aduh....” Dody meringis, lalu berdiri. Ia bersiap pergi tapi sebelum itu ia menoleh ke dinda “ hey... Awas loe ya! Gue aduin lo sama nyokap bokap gue. Awas aja lo...!” Dody pergi.
Tak kalah galak dinda menyahut dengan lantang “haha... Dasar anak mami... Nggak takut gue sama loe... Haha” dinda tertawa. Lalu mengalihkan perhatiannya ke si culun yoga yang diam di belakangnya.
“lo nggak papa kan, yog? Nggak di apa-apain?

Yoga mengangguk. Lalu tersenyum
“kalo ada apa-apa lo bilang aja ke gue... Gue janji bakal ngejagain lo. Kalo bisa sampe lo gede. Gue siap... Oke?” Dinda bergaya-gaya seperti supermen
Yoga mengangguk dan tersenym lagi.
Dinda menepati janjinya. Setiap hari ia menjaga yoga dari geng dody. Alasannya apa? Karena orang tua dinda bekerja di rumah keluarga yoga. Dinda merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga yoga. Alhasil, mereka berdua selalu bermain bersama-sama tiap hari. Menjadi sahabat yang tak terpisahkan,
Sayang... Setelah lulus SD, yoga di sekolahkan keluarganya di luar negeri.

Hari itu hari keberangkatan yoga ke Australi. Tak terelakan lagi dinda yg biasanya berlagak sekarang jadi menangis karena hari itu adalah hari terakir ia bisa bertemu dgn yoga.
“eh... Lo kalo di Australi, lo jangan lupain gue ya... Kan gue superwati lo...” Dinda menangis, lalu berkata lagi “jangan lupa bawain gue oleh-oleh. Pizza yg enak, hamburger, sama hot dog. Pokoknya yg enak-enak deh. Ya..?”
Yoga ikut menangis, lalu berkata “hiks... Iya... Aku nggak akan lupain kamu dong din. Nggak akan mungkin. Aku janji bakal bawain kamu oleh2 yang banyak. Tapi kamu janji ya, kalo aku pulang ke indonesia lagi kamu harus jadi anak perempuan yang feminim. Kamu kan perempuan, jangan kayak anak laki-laki dong. Aku jadi iri... Hikss..” Yoga menghapus air matanya yang masih tetap menetes.
Dinda mengangguk, “lo juga janji jgn jadi culun lagi...” Di akhir perkataannya dinda mengeluarkan sesuatu dari saku celana kesukaannya, “nih... Gue kasih lo kenang-kenangan. Gue beli dari ngebobol celengan gue. Awas kalo ilang.”
Dinda memakaikan kalung itu ke yoga. Lalu yoga memakaikan juga kalung itu ke dinda. Mereka menyatukan kalung itu. Lalu berpelukan.
Hari itu semua menangis. Dinda, yoga, orang tua dinda,dan orang tua yoga. Dinda menangis haru melepas kepergian orang yang sangat berarti di hidupnya. Sahabatnya yang culun.


Dinda menangis mengingat kejadian waktu itu. Dia menoleh, melihat seseorang yang dulu ssempat terpisah darinya. Seseorang yang kini ada di sampingnya. Duduk bersamanya di tempat yg sering mereka datangi waktu kecil. Di taman belakang rumah yoga alias dylan yang di tumbuhi rumput yg terawat.

Sadar ada yg memperhatikannya, dylan menoleh. Spontan dinda malah menunduk.
“kamu kenapa? Kok nangis...” Dylan menolehkan wajah dinda yang tadinya menunduk, sekarang jadi memandangnya. Lalu mengahapus air mata dinda dengan ibu jarinya “kalo ada masalah, kamu cerita aja... Sekarang ganti aku yg bakalann jagain kamu. Kamu kenapa sih..?”

Dinda berusaha mentupi air matanya “aku inget kejadian yg waktu itu, waktu kmu harus pindah ke Australi...” Dinda tertawa memaksa, “juga waktu kamu di palak dody. ”
“ooh... Itu..” Dylan berkata sambil berbaring di rumput hijau dan rapi, “haha... Lucu juga kalo inget waktu itu. Sedih juga sih... Dulu aku itu culun banget ya...?” Dylan berkata sambil memandang langit yg saat itu penuh dgn bintang.
Dinda ikut berbaring, “kenapa waktu itu aku bisa tomboy banget ya,” katanya sambil juga memandangi langit.
Dylan menoleh, “tapi kamu udah nepatin janji kamu...”
Dinda menoleh “ kamu juga...” Suasana hening sejenak. Tiba-tiba dinda berkata lagi, “tapi... Belum sepenuhnya kamu nepatin janji kamu lho..”

Dylan memandan dinda dgn tatapan bingung, “apa’an tuh...”
“janji yg belum kamu tepati itu.... Kamu belum beli’in aku pizza yg enak, hamburger, sama hot dog....” Kata dinda menirukan perkataannya 5 tahun yg lalu.

Masih bengong dylan menjawab ,”oh iya ya...? Kenapa aku bisa lupa...”
“dasar Yoga... Dulu sama sekarang masih pikun aja,”katanya sambil cemberut.
Mendengar perkataan dinda, bukannya merasa bersalah dylan malah tertawa. Ganti dinda yg menggerutu.
“apa’an yg lucu coba?”


“dylan?”
“hem...?”
“kenapa perasaan aku nggak enak gini ya.” Kata dinda di boncengan motor keren dylan. Dinda merasa kalau orang2 disekitar sedang memperhatikan mereka berdua. Tapi dylan malah berpikiran lain.
Tiba-tiba dylan menghentikan motornya, “kamu nggak enak badan yaa?”
Dinda menggerutu, “kalo’ mau berenti itu bilang bilang dong, lan! Aku jadi kaget tau”

Dylan tak menghiraukan perkataan dinda. Ia melepas helm dan turun dari motornya memandang dinda yg masih marah2 di atas motor gede nya. “kalo emang nggak enak badan biar aku anter pulang aja... Jangan di paksa. Entar malah tambah parah lhho..” Kata dylan sambil memegang kening dinda.
“aku nggak papa kok. Cuma punya perasaan nggak enak aja. Lagian nanti kelas ku ada ulangan matematika..”
“jangan di paksain gitu juga kali’. Kamu kan pinter. Ulanagn susulan aja pasti juga bisa dapet nilai bagus....”
Dinda menggeleng pelan, “ya bukan nya gitu. Tetep aja, kalo ulangan nggak bareng-bareng itu nggak enak. Aku kasian sama siska. Nanti dia mau tanya sama siapa?”
Dengan gemas dylan mengacak2 rambut dinda, “hiih... Kmu itu emang cwek paling baik di dunia. Lebih mementingakan orang lain dari pada diri sendiri...” Kaata2 dylan di balas dinda dgn senyum, “udah yuk... Ntar telat lagi...”
Dilan mengenakan lagi helm nya. Tak sampai 10 menit, mereka sampai.

Setelah turun dari motor, dylan & dinda berjlan beriringan. Sambil berjalan, sesekali dylan mengcak-ngaak rambut dinda. Entah kenapa sssuasana jadi aneh setelah dylan mengcak-ngaak rambut dinda tadi. Mulai teredengar gosip ABCDE di mana-mana.
“bukannya itu dylan yg anak baru itu ya? Yg keren itu kan?” Kata seseorang kpd temannya.
“iya... Kok bisa berangkat barengan ssama dinda sih?” Kata seorang lagi
“kok kleiatannya mesra banget ya? Apa mereka udah jadian? Kapan? Di mana?”

Fjdgsghfuhdkhgih...
Dinda bingung, tapi dia juga merasa kalau yg sedang di bucarakan teman2 nya ini adalah dia dan dylan. Dinda menoleh ke dilan yg memasang ekspresi nggak terjadi apa2.
“sssst...” Dinda menyikut lengan dylan, dylan menoleh, “kamu ngrasa nggak sih kita lagi di liatin?”
Dylan malah nyegir, “hehe... Sebodo amat... Toh bukan mereka yg lagi jalan sama kamu. Aku sih seneng2 aja tuh... Eh udah dulu ya... Entar jgn lupa pulangnya berengan lagi. Ok???” Kata dylan sambil sekali lagi mengcak-ngaak rambut dinda lalu pergi meninggalkan dinda yg harus menaggung sendirian gosip anak2..
Dinda bengong. Anak2 malah tambah bengong. Sekali lagi dinda harus mendengar dengungan lebah di mana2 yg sudah pasti memmbicarakan dirinya.


“eh... Eh... Lo tadi tau nggak kalo dyan yg cwok pindahan dari Australi itu berangkat bareng sama si dinda...”
“iya.. gue tau’. Kok bisa ya? Trus mereka juga keliatan mesra lagi...”
“aneh banget deh... Gue aja yg lebih cantik belum sempet tuh di boncengin dylan, eh... Malah dinda yg biasa2 aja gitu udah di boncengin pake’ motor kerennya. Pake acara acak2 rambut segala lagi...
“tuh anak diem2 ternyata gitu ya.... Nggak nyangka gue...”
“iya... Padahal dulu waktu gue ngomongin soal dylan pas sebelum dia pindah kesini,si dinda aja belaga nggak perduli gitu.... Eh.. Nggak taunya, tukang ngembat juga tuh anak...”

Dinda diam saja di bicarakan orang lain. Dia benar2 tak bisa berpikir jernih saat itu. Baru pertama kali ini pikirannya bisa sekosong itu. Tiba2 ia mendengar suara pintu yg di buka begitu keras. Suara pintu toilet yg tadi di masuki Siska...
“heh.... Lo semua pada ngomongin siapa hah...!!”Kata siska membentak. Tapi tak ada yg menjawab
“kalo mau ngomongin orang itu lihat2 situasi dong... Juga lihat faktanya. Emangnya lo semua itu siapanya dinda sama siapanya dylan hah...?” Tetap dengan suara membentak siska masih marah2, “heh... Lo pikir muka2 kayak lo itu muka2nya artis? Nggak kan? Tampak ancur kayak gitu aja lo banggain...”
“apa lo bilang...!!” Sesorang di antara mereka mulai marah mendengar perkataan siska tadi, tapi tetap saja mereka tak berani melawan siska yg terkenal sbg juara taekwondo tingkat nasional.
Masih dengan emosi yg meluap2 siska melanjutkan. “asal lo tahu aja... Dinda saama dylan itu udah pacaran. Mereka itu udah jadian. Puas lo semua.” Siska mebuka pintu toilet yg ada dinda didalamnya. Siska menarik dinda pergi meninggalkan tempat itu.
Siska menyadari, oarang2 yg tadi ia bentak2 itu sekarang sedang mengumpat-ngumpat kepadanya.


“besok ada undangan ulang tahun temen sekelasku. Aku di undang. Rencananya aku mau ngajak kamu. Itu pun,,, juga kalau kamu mau...” kata Dylan hari itu di sebuah taman.

Dinda menjilat es krim-nya“kamu ngajak orang lain aja deh... jangan aku...”
“lho... kenapa?” Dylan bingung.
“aku nggak yakin bisa menyesuaikan diri sama kalian....”
“yang kamu maksud ‘KALIAN’ itu siapa?”
Dinda berusaha tersenyum, “ya.... golongan orang-orang seperti kamu. Orang kaya maksud ku...”
Dylan memandang Dinda, “aduh... kamu ini... emangnya hidup itu di nilai dari status-nya ya...?”
Dinda tak menjawab.
“Udah lah... pokoknya kamu besok harus mau...”


Sudah stengah jam yang lalu Dylan menunggu Dinda yg sedang di make up. Berkali-kali ia sudah mengganti posisi duduk, membuka majlah2 model rambut, sekaligus tabloid gosip yg saaangaaat.... jarang ia menyentuhnya.
Sepuluh menit kemudian, Dinda keluar dari sebuah ruang rias. Mengenakan gaun berwarna pink selutut yg kelihatan sangaaat manis saat itu di pakai Dinda, dan juga beberapa pernak-pernik, kalung, gelang, dan jepit rambut yang makin membuat Dinda saat itu seperti putri raja.

Rasa kantuk Dylan tiba-tiba hilang. Ia melongo lebar. Melihat Dinda yg ia kenal, sekarang tampak saaangaaat cantik. Bahkan sampai Dinda melambai-lambaikan tangannya ke depan mukanya, Dylan masih tetap melongo lebar.
“Hei... bagus nggak nih...?” Dinda meminta pendapat kpd Dylan.
Tergagap Dylan tiba2, “oh... eh... anu... bagus2... bagus bangeeet....”
Dinda tersenyum, “kalo’ gitu ayo... entar telat low...”
Melihat senyum Dinda baru saja, membuat Dylan makin tak berkutik. Yg bisa ia lakukan hanya mengangguk dan menggeleng.
Hari itu Dylan tak memakai motornya. Hari ini dia memakai mobil nya yang berwarna Silver metalik. Mobil yang sama kerennya dengan motor gedenya.
Tak sampai 10 menit, mereka sampai. Melihat dekorasi dari depannya saja Dinda sudah terbayang kalau pesta ini pesta-nya orang2 kaya.

Di dalam, Dinda mersa canggung. Tak ada yg ia kenal disini. ‘huuh... seharusnya aku nggak ikut aja kalo kayak gini...’ katanya dalam hati. Dylan menggandengnya ke mana2. Sesekali Dinda tersenyum ke arah teman2 Dylan yg melihatnya.
“Guys... ini Dinda. Orang yang paliiing gue sayangi...” Dylan mulai memperkenalkan Dinda ke teman2nya.
Dinda membelalak kan matnya ke Dylan. Tapi Dylan hanya tersenyum. Mau tak mau Dinda mengikuti saja omongan Dylan tadi. Dan mau tak mau dia akirnya tersenyum juga ke arah teman2 Dilan
Tapi, tak berapa lama, salah seorang teman Dylan mengjak Dylan mengobrol ke tempat lain.
“aku ke sana dulu ya Din. Nanti aku balik ke sini lagi kok.” Dylan melambaikan tangannya ke arah Dinda.
Tinggallah Dinda sendiri. Akirnya dia duduk. Memesan sebuah minum yang tak beralkohol. Dinda tahu kalau orang2 disini sedang meminum sesuatu yg memiliki kadar alkohol, meskipun sedikit.

Entah kenapa, saat Dinda duduk sambil meminum minumannya, ada seseorang... bahkan lebih, sedang memperhatikan dirinya.
“Siapa tuh cewek...?” samar2 Dinda mendengar salah seorang dari gerombolan cwek2 WAH mulai berkata tentang dirinya.
Seseorang lagi menyahut, “kalo nggak salah tadi dia barengan sama si Dylan deh...”

Teman2 nya mengangguk.
“Gila kali dylan. Masak cwek model beginian yg dia bawa ke sini...”
“iya ya... udah nggak level... rada’ kampungan lagi....”
“Udah gitu nggak cantik lagi. Bisa2nya Dylan suka sama cwek kayak dia.”
“Gue yakin tuh baju juga di kasih sama Dylan...”
Dinda hanya diam, ia tak bisa melakukan apa2. Saat itu juga air matanya menetes. Lalu ia pergi dari pesta itu. Dengan air mata di pipi yg tak bisa ia bendung. Diluar, segera ia menyetop sebuah taksi dan berlalu. Meninggalkan pesta yang tak pantas ia datangi.


Hari itu, tak biasanya Dinda hanya diam di kelas. Ia masih mengingat kejadian kemarin. Setiap ia mengingatnya, tak di pungkiri Dinda merasa tak pantas berada di samping Dylan.
“LO kenapa sih Din? Ada masalah? Lo cerita dong ke gue... ada yg bikin gosip2 nggak mutu lagi? Biar gue hajar tuh yg nyebarin gosip tentang lo sama si Dylan...” kata Siska sambil duduk di bangkunya, di sebelah Dinda.
Dinda menggeleng, “aku nggak kenapa2 kok Sis... kamu nggak usah kawatir. Nggak ada yg bikin gosip ttg aku sama Dylan lagi kok.”
“Trus kenapa tuh muka cembetut gitu...”

Setelah beberapa kali Didesak, akirnya Dinda bercerita juga ke siska. Dia merasa, memang dia harus bercerita ke orang lain supaya sedikit plong.
“jadi gitu ceritanya....”
Siska menghela nafas, “huft... gila ya orang2. Suka banget yang namanya ikut campur urusan orang. Tujuannya apa coba’. Toh... bukan mereka juga yg ngejalanin. Elo sama Dylan yg ngejalanin. Kenapa nggak seboodo amat gitu...”
Dinda hanya diam mendengar pidato siska. Hati nya masih sedih mengingat kejadian yg tak pernah ia inginkan datnag menimpanya.


“Jangan sedih lagi dong Din... tujuan gue ngajak lo jalan2 kan buat bikin lo seneng.. eh, lo nya malah tetep murung gitu. Ikut pusing gue...”
Dinda tak menyahut. Semua tampak tak indah hari itu.

Tiba2 seseorang memegangi tangan Dinda dari belakang.
“Hey... kamu dari mana aja...? tiba2 ngilang dari pesta. Aku mau ajak berangkat bareng, tapi kamu nya udah berangkat. Aku cari2 di sekolah. Pulang sekolah juga nggak ketemu... kemana aja kamu?”
Dinda menatap wajah Dylan dengan pandangan yg sama seprti tadi. Lalu mengibaskan tangan Dylan yg memegang tangannya. Lalu berlari sekencang2 nya, meninggalkan tempat itu. Dylan bengong, bingung. Ganti Siska yg menghadapi Dylan.
“Heh... seharus nya gue yg tanya. Dari mna aja lo. Dari kemaren2 udah gue cari2 pengen gue tonjok muka lo...!!”

Dylan makin bengong.
“janagn pura2 nggak tahu lo...! lo sendiri yang ngajakin Dinda, ngpain lo asik sendiri ama temen2 lo!”
“siapa yang asik sendiri sih, sis?” Dylan berusaha membela.
“Halah... nggak usah ngeles ya lo...! hhhh.. muka lo doang yang cakep, tapi hati lo sama aja kayak cowok2 lain, nggak ada bedanya...!” kata Siska sambil berlalu pergi meninggalkan Dylan ditempatnya.
Dylan hanya diam. Bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?


Besoknya....
Dylan sedang ada di mall saat itu. Ya... meskipun tanpa Dinda.
Saat sedang melihat2 beberapa baju di toko, Dylan melihat Sandra & Bella sedang melihat pernak pernik di toko samping. Dylan berniat menghampiri mereka untuk menanyakan soal Dinda yang tiba2 menghilang dari pesta. Tapi, belum sempat Dylan menegur, dia mendengar percakapan mereka berdua ttg Dinda.
“Eh, San. Si Dylan itu ngigo atau apa sih...? masak mau macarin cewek yang begituan...” kata Bella memulai.

Tanpa menoleeh ke arah Bella, Sandra menjawaab, “maksud lo cewek begituan tu apa?” tetap melihat pernak-pernik.
“ya yang kayak gitu. Jelek, dekil... ih... nggak banget. Padahal kan Dylan ganteng, bisa2nya suka sama cewek itu. Mendingan juga gue. Atau juga elo. Kita kan lebih cantik...”
“he.em, lo bener tuh...”

Dari balik jaket yang di pasang di toko itu, Dylanmendengarkan semua pembicaraan Sandra & Bella tadi. Tanpa sadar Dylan langsung mendekati keduanya.
“heh....” ktanya sambil membalikkan badan Bella dengan tangannya.
“Eh... Dylan... lagi ngapain di mall? Lho... cewek lo yang waktu di pesta itu mana? Kok nggak sama lo?”ktanya biasa, karena tidak tahu kalau Dylan tadi mendengarkan pembicaraan nya dan Sandra.
“ngapain lo sok2 peduli sama gue sama Dinda. Elo kan yang bikin Dinda pergi kemaren?”

Sedikit kaget Bella menjawab, “ah... lo ngaco. Mana mungkin...”
“asal lo tahu ya, Bel. Dinda itu jauh lebih cantik daripada lo! Cantik itu nggak Cuma dari fisik. Tapi dari hati. Percuma aja muka lo cantik, tapi hati lo nggak. Hhh.. gue nggak cari cewek yang begituan...” katanya menekankan kata Cewek yang Begituan.
Diska diam. Belum pernah ada cowok yang menghina dia sebelumnya.
***

Hari itu hari ulang tahun dinda yg ke 17. Entah karena banyak pikiran atau dia sedang memikirkan masalahnya dengan Dylan akhir2 ini,sampai dinda tak menyadari saat itu sudah tgl 3 mei.
Di situasi yang sama, seseorang sedang membuat sebuah kado istimewa untuk dinda. Kado yang sangat.... Spesial.

Siang itu sepulang sekolah...
“hei... Nggak mau pulang bareng?” Dylan mengagetkan dinda dari belakang.
Sedikit kaget dinda menoleh dan mendapati dylan di belakangnya, “aku mau pulang sama Siska. Kamu, pulang aja sendiri.” Kata dinda tetap seperti hari2 sebelumnya, cuek.

Sebenarnya Siska sudah berusaha menyingkirkan Dylan, tapi Dinda memegangi tangannya dari tadi, yakin kalau Siska pasti akan berbuat sesuatu kalau tidak dicegahnya terlebih dahulu...
“aah...” Dylan mendesah, “masih mikirin soal pesta itu, ya? Jangan dipikirin lagi ya? Nggak jelas juga apa masalahnya..” Dylan berkata seperti biasa, dia sudah tahu apa sebenarnya yang terjadi sampai Dinda jadi secuek ini.
Dinda tersenyum, senyum meremehkan, “hhhh... bukan urusan kamu. Kamu mending urusin aja tuh... temen2 kamu yang kaya itu. Yang cantik terutama.”
Dylan justru tersenyum mendapat jawaban Dinda barusan, “ udah deh, entar malem sekitar jam 7 aku jemput kamu di rumah ya....?” Dylan tetap tidak perduli dgn ucapan Dinda tadi.

Dinda menggeleng, “waktu pesta itu, adalah hari terakir kita buat jalan ba...” Beleum sempat dinda berkata, dylan sudah mencium pipinya. Dinda yang awalnya memasang muka ketus, sekarang pipinya bersemu merah. Tanpa penjelasan apa-apa, dylan berlalu sambil berteriak....
“POKOKNYA ENTAR MALEM AKU JEMPUT JAM 7.....”
Bayangan dylan sudah menghilang di belokan jalan. Dinda memeperhatikan sekitar ‘fyuuh... Untung nggak ada orang’ gumamnya dalam hati. Tapi saat dinda menoleh ke samping, justru ia mendapati wajah siska yg bengong sambil melongo.

Malanya, pukul 7...

Entah kenapa dinda tak tega membiarkan dylan yg duduk di teras depan bersama ayahnya. Sebenarnya dinda sedang tidak ingin pergi, karena dia sedang tidak ingin pergi berdua denagn Dulan. Tapi tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu kamar dinda.

Ibu tersenyum, “lho kok bengong... Di tungguin dylan di depan itu lo. Udah cantik kok. Nggak usah lama-lama ngacanya...” Ibu berkata sambil duduk di tempat tidur di samping dinda yg hanya bengong di depan cermin.
“kayaknya dinda nggak pergi deh, buk. Dinda kan hari ini harus bantuin ibuk bikin kue..” katanya mencari alasan.

Ibu tersenyum lagi, lalu menggeleng, “ibu bisa kok sendiri. Lagian.,.. Jarang lho ibu ngedukung kamu sama cwok sselain dylan. Dia itu udah baik, ganteng lagi” sambil berkata ibu membelai rambut dinda.
“ah, ibu. Cewek jelek kayak dinda, nnggak pantes sama cowok ganteng kayak Dylan.
Ibu beranjak, “udah ah... Cepetan sana. Ibuk juga mau bikin kue dulu. Emangnya kamu nggak kasian sama dylan yg dari tadi nungguin kamu di depan. Mungkin dia sudah bosan sama ngomongnya bapakmu.”

Dinda menghela naps dalam2, lalu ibu beranjak pergi dan menutup pintu kamar dinda.
“mungkin ini kesempatan buat minta putus kali.” Gumamnya dalam hati.
Di depan teras, dylan yang dari tadi menunggu dinda tampak sangat bersemangat saat dinda keluar dari rumah.

Dinda mencium tangan ayahnya sembari mengucapkan salam, “assalamu’alaikum... Dinda pergi dulu ya, pak.” Katanya sedikit ogah2han.
“iya... Hati-hati ya! Nak dylan tolong jagain anak bapak ya?” Kata bapak sembari menoleh ke dylan.
Dylam mengangguk sembari tersenyum, “iya pak.!”


Hari itu suasana taman tampak sepi, tapi pemandangannya benar-benar indah. Di sekitar taman di pasang lambu warna-warni yg tak biasa ada di situ, ditambah lagi langit yg cerah dan penuh bintang. dinda duduk di salah satu kursi di dekat air mancur sedangkan Dylan hanya berdiri melihat air mancur.
“ngapain kamu ngajakin aku ke tempat ini?” Dinda berkata sambil memandang kesekeliling taman yg tampak sepi.

Sayangnya Dylan tak menyahut. Akhirnya Dinda ikut diam.
“kenapa taman jadi sepi gini, ya? Ini kan malem Minggu? Kok sepi? Biasanya rame banget deh." Katanya dalam hati.
Suasana terasa hening. Dylan mulai duduk di kursi taman itu. Dinda bergeser sedikit, tak mau dekat2 dgn Dylan.

Kira-kira 2 menit lamanya. Hanya terdengar suara rik.. Rik... Jangkrik di persembunyiannya. Tiba-tiba dylan memecah keheningan itu.
“apa kamu inget sesuatu yg pernah kamu bilang tentang tempat ini?” Kata dylan sambil menatap dinda lekat-lekat..
Dinda menjawabnya dengan ketus tanpa menoleh ke arah Dylan di sampingnya “ngapain nanya2?”
Dylaan menarik nafas panjang, sambil memandang air mancur lagi “dulu... Duluuuu sekali ssekitar 5 tahun yg lalu kamu pernah bilang gini,” dylan diam sejenak, memutar posisinya menghadap ke dinda, “pasti romantis banget kalo di tembak di tempat ini. Apalagi kalo ada lampu warna-warni sama cahaya bintang. Wahh... Pasti gue bakalan nerima siapa aja yg nembak gue di tempat ini suatu saat nanti kalo gue udah gede...” Kata dylan berusaha menirukan perkataan dinda 5 tahun yg lalu.
Dinda menoleh ke dylan dengan mata melotot.

Tiba-tiba dylan berjongkok di depan dinda. Mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Dan memperlihatkan sebuah cincin di dalam kotak berwarna merah kecil.
“apa kamu mau menjadi istri ku?”
Dinda kaget, “kamu ini ngomong apa sih?”

Dylan tersenyum, “aku nggak mau kamu jadi milik orang lain. Makanya aku pengen kamu jadi milikku dulu. Jadi nggak ada orang yg memiliki kamu setelah kamu jadi istriku...”
“ya... tapi kan..”
“masih ngebahas soal pesta itu?”
Dinda hanya diam.
“aku udah tahu semuanya. Kamu jadi secuek ini gara2 Bella sama Sandra yg ngehina kamu kan?”

Dinda masih tetap diam.
“ngapain sih Di, kamu ngedengerin omongan mereka? Yang ngejalanin kan kita, aku fine2 aja kok sama keadaan kamu. Mau kamu cantik, jelek, buruk rupa, atau apa kek... aku tetep suka.”
“Apa kamu nggak malu sama temen2 kamu gara2 punya pacar yang kayak aku?”
Dylan tersenyum, “kenapa aku harus malu. Justru aku merasa sangaaaaaat beruntung punya pacar kayak kamu.”

Dinda mulai luluh, “ya... tapi umurku baru 16 tahun... Nggak mungkin kita menikah...”
“hari ini kamu genap berusia 17 tahun...”
“memangnya sekarang tgl berapa?” Dinda melihat ponselnya, dia bengong karena yg tertera adalah tgl 3 mei.
“kamu kan udah janji bakalan nrima siapa aja yg nembak kamu di sini?”
“iya... Tapi aku nggak bilang mau nerima kalo ada orang yg ngelamar aku?”
Terbersit wajah sedih di muka dylan.
Dinda memegang pundak dylan, lalu mengajaknya berdiri sambil berkata, “kenapa kamu bisa suka sama aku?”
Dylan tetap diam sambil menunduk.
Dinda berkata lagi, “aku kan bukan orang yang cantik. Aku ggak menarik. Nggak level sama kamu. Ada cwek yg jauh lebih cantik dan lebih sempurna dari aku. Kenapa kamu bisa milih aku. Aku kan...”

Tiba2 dylan memeluk dinda. Alhasil dinda diam. Tak berani melanjutkan perkataannya. Disisi lain dinda bahagia di peluk orang yg sudah 5 tahun berpisah darinya.
“apa kamu mau tau kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu?”

Di dalam pelukan dylan, dinda menggeleng.
“karena...” Dylan diam sejenak, mempersiapkan sebuah kata yg singkat tapi bermakna, “karena... Karena kamu adalah superwati aku. Dulu.. Sekarang... Dan sampai kapan pun...”
Dinda menangis. Sebuah air mata bahagia.
2 keinginannya sudah terwujud. Pertama, di pertemukan kembali dengan dylan. Kedua, dia di tembak, bahkan dilamar oleh oarng yg sangat dia cintai di tempat yg paling ia suka.
Langit seakn ikut bahagia, bintang bintang ikut tersenyum. Angin semilir menerpa dua sejoli yg dulu sempat terpisah dan sekarang bertemu kembali.

Tamat

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya
Ditulis oleh Unknown, Minggu, 23 Juni 2013 11.25- Rating: 4.5

Judul : Teman Masa Lalu - Cerpen Cinta

Deskripsi : TEMAN MASA LALU Karya Dea Anisa Ramadhanti Tiba tiba terjadi kehebohan di SMA CITRA JAYA. Gosip-gosip berterbangan bak kertas tertiup angin....
keyword :Teman Masa Lalu - Cerpen Cinta, Cerpen Cinta
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Postingan Populer
  • Cinta Antara Adik dan Kakak Kelas - Cerpen Romantis
    CINTA ANTARA ADIK DAN KAKA KELAS Karya Himatul Aliah Suatu hari dimana semua orang sudah terbangun dan bersiap-siap untuk memulai akt...
  • Sepasang Bidadari - Cerpen Ibu
    SEPASANG BIDADARI Karya Albertus Kelvin Namaku Mitsuko. Hari ini aku masuk sekolah seperti biasa. Ditemani oleh awan yang mendung dan...
  • Daun daun Pun Berguguran - Cerpen Cinta Remaja
    DAUN-DAUN PUN BERGUGURAN Karya Beatrix Intan Cendana Hari ini tepatnya musim gugur yang bagiku cukup menyejukkan, mungkin tak seperti...
  • Tiga Bulan Berujung Tangis - Cerpen Sedih
    TIGA BULAN BERUJUNG TANGIS Karya Khanissa Aghnia Afwa Namaku Ifha Dwi Ashilla, singkatnya Ifha. Aku seorang murid kelas 11 di SMA Negeri Ban...
  • Boneka Beruang dan Sepeda Butut - Cerpen Persahabatan
    BONEKA BERUANG DAN SEPEDA BUTUT Karya   Radifa Farah Putri berjalan lesu sepulang sekolah. Ia sangat tersinggung dengan perkataan Sarah keti...
  • Hantu Kepala Buntung - Cerpen Horor
    HANTU KEPALA BUNTUNG Karya Hafis Ini adalah Cerita tentang Empat Sekawan (Doni, Nita, Ardi dan Lita) yang sedang ingin berlibur. “Ay...
  • Pelangi di Malam Hari - Cerpen Cinta Romantis
    PELANGI DI MALAM HARI Karya Elisabeth Cecilia Setiap nafas yang kurasakan aku selalu merindukan pelangiku, selalu mencari-cari segalanya yan...
  • Jangan Melihat Buku Dari Sampulnya - Cerpen Motivasi Remaja
    JANGAN MELIIHAT BUKU DARI SAMPULNYA Karya Mahendra Sanjaya Hi.. perkenalkan, namaku Mahendra Sanjaya. Teman-teman biasa memanggilku Jaya. Ak...
  • Hadiah Untuk Mama - Cepren Ibu
    HADIAH UNTUK MAMA Karya Indah Amaliah Mustaufik “5 menit lagi ya Mama”, ya, begitulah yang ku katakan setiap waktu bermainku akan seg...
  • Waiting For Happy Ending - Cerpen Cinta
    WAITING FOR HAPPY ENDING Karya Mutia Hampir 2 jam aku menunggu namun tak ada 1 pun yang melewat dihadapan ku . “hmmm… ntah lah mungkin ...

Info mbahbejo © Teman Masa Lalu - Cerpen Cinta