SARANGE PPAJIDA
Karya Robiatul Adawiyah
“Hari ini kita kedatangan anggota baru” suara Sensei Kim menggema di ruangan kursus yang tidak begitu besar, “Silahkan perkenalkan dirimu”.
“Annyeonghasimnikka (selamat siang)” sapa anggota baru tersebut. “Jeoreul sogae hamnida, Jeireumeun Dickymnida, seumul sarigo, Indonesia daehakgyoe danimnida (umur gue 20 tahun dan gue kuliah di Universitas Indonesia)” lanjutnya dengan fasih.
“Wow!! Lancar banget bahasa koreanya” Miranda berdecak kagum dan terpesona pada pandangan pertama.
Setelah dipersilahkan duduk, Dicky pun memilih tempat duduk tepat disamping kiri Miranda. Dicky melirik Miranda dan tersenyum kecil.
“Materi ini adalah tata bahasa Korea ‘Go Saenggak Hae’ atau dalam bahasa Indonesia berarti ‘Saya Pikir’ “ terang Sensei Kim.
 |
Sarange Ppajida |
Miranda tidak memperhatikan sedikit pun materi dari Sensei Kim. Pikiran Miranda tertuju pada Dicky, cowok manis berbehel yang duduk di sampingnya. Entah kenapa, Miranda merasa tertarik untuk mengenal Dicky lebih dalam.
“Kayaknya gue cheot nunesarange ppajida (Jatuh cinta pada pandangan pertama)” batin Miranda.
Miranda, gadis berkulit sawo matang yang saat ini sedang tergila-gila pada sesuatu yang berbau Korea. Mulai dari lagu-lagu Korea, drama Korea bahkan bahasa Korea. Sampai-sampai Miranda merengek pada mamahnya untuk kursus bahasa Korea. Jadi jangan heran kalau Miranda hafal semua isicerita dan judul drama-drama Korea, karena setiap malam Miranda selalu bergadang untuk menontonnya.
***
“Mir, lo ikut ke Mall nggak? Tanya Vera, sahabat Miranda ketika kursus usai.
“Ngapain ke mall?
Vera memutar matanya kesal mendengar jawaban Miranda, “namanya ke mall ya shopping, masa berenang sih?”
“Hehehe gue nggak bisa ikut, soalnya hari ini gue udah ada acara”
“Acara apa? Lo kencan? Tumben lo doyan sama cowok” ejek Vera.
Miranda cemberut,”Lo pikir gue nggak normal gitu? Gue bukan mau kencan tapi ada hal penting lain”
“Hal penting apa sih yang bikin lo nolak gue ajak shopping?”
“Gue belum selesai nonton drama Korea Dream High, terus rencananya gue juga mau lanjutin nonton 49 Days sama Secret Garden”
Vera geleng-geleng kepala, “Ampun deh!! Lo tuh seneng banget sih nonton drama-drama Korea? Emang lo nggak bosen?” tanya Vera heran.
“Bosen? Nggak mungkin banget!! Ceritanya seru, keren dan nggak bikin bosen! Apalagi cowoknya cakep-cakep” jelas Miranda berbinar-binar.
“terserah lo dehh!! Gue pergi dulu yee, Bye”
“Bye”
“Ternyata lo suka drama-drama Korea juga ya?” sapa Dicky mengagetkan Miranda.
“Kok..lo tau? Tanya Miranda salah tingkah.
Dicky tertawa kecil melihat sikap Miranda, “Barusan gue nggak sengaja denger pembicaraan lo sama Vera. Gue juga suka banget nonton drama Korea”
“Wahh sama dong!! Lo punya koleksi apa aja? Siapa tau aja kita bisa tukeran!”
“Banyak!! Susah nyebutinnya kalo satu-satu, Gimana kalo ada waktu, lo main ke rumah gue aja? Biar lo bisa pilih sendiri” Dicky menawarkan.
Miranda melompat-lompat kegirangan, “Serius? Gpp nih gue milih sendiri?”
“Suer! Gue balik dulu ya? Ntar kalo mau main ke rumah jangan lupa hubungin gue” sebelum pamit Dicky memberikan nomor handphonenya kepada Miranda.
***
Sudah lebih dari seminggu Miranda semakin dekat dengan Dicky. Ia sangat seneng punya temen yang satu hobby. Dari Dicky, Miranda juga lebih tau tentang Korea.
Semakin hari Miranda juga semakin yakin akan perasaannya pada Dicky. Ia yakin kalau dirinya memang benar-benar jatuh cinta pada cowok berbehel itu.
Setiap hari perasaan Miranda selalu berbunga-bunga. Bahkan sekarang ia sangat suka dengan lagu Kiss Me yang merupakan salah satu soundtrack drama Korea Naughty Kiss. Menurutnya lagu itu benar-benar menggambarkan apa yang ia alami sekarang.
Sambil menunggu kursus dimulai, Miranda memutar I-podnya dan bernyanyi mengikuti lagu.
“Kayaknya ada yang lagi happy nih,” Dicky tersenyum jahil.
“Sok tahu lo!”
“tau dong! Buktinya udah hampir tiga hari ini lo selalu senyum-senyum sendiri sambil nuanyi-nyanyi lagu yang sama.”
Miranda kaget mendengar penjelasan Dicky, “Ngarang lo”
“Ngarang gimana? Gue kan sering merhatiin lo, jadi gue tau lahh!”
“Lo merhatiin gue??”
“Iya, emang ada yang salah kalau gue merhatiin lo?”
“ng..nggak kok..” Miranda tersenyum menutupi kegugupannya.
***
“Kenapa lo ngajak gue kesini?” Miranda heran ketika Dicky mengajaknya ke mall.
Dicky memnggandeng tangan Miranda, “Gue mau minta bantuan lo buat pilihin hadiah”
Miranda merasa jantungnya melompat keluar ketika Dicky menggandeng erat tangannya. Seperti terhipnotis, Miranda berdiri kaku.
“Helo?” Dicky menggoyang-goyangkan tangannya didepan wajah Miranda, “kok lo malah bengong sih? Mau kan lo bantuin gue?”
Miranda tersadar dari kekagetannya, “Emang buat apaan sih? Kayaknya penting banget?” tanya Miranda kepo.
“Jelas penting! 3hari lagi tuh bakal ada acara yang spesial banget, gue mau ngasih kejutan buat someone”
‘3 hari lagi kan tepat hari ultah gue!’ Pikir Miranda dalam hati.
“Hadiah buat cewek yaa?” Miranda mengulum senyum.
“Iya dong, buat cewek yang gue sayang”
Wajah Miranda mendadak berubah ceria, “Kalau gitu, lo mau ngasih hadiah apaan? Biar gue gampang pilihnya.”
“apa aja yang lo suka dan menurut lo abgus, gue percaya sama apapun pilihan lo.”
Mirana mengajak Dicky masuk ke toko boneka. Miranda mulai berjalan dan memilih-milih boneka, salah satu boneka berwarna biru menarik perhatiannya. Tanpa perlu berpikir, miranda mengambil boneka itu dan memberikannya pada Dicky.
Dicky sedikit terkejut dengan pilihan Miranda, “Kenapa lo pilih boneka ini?”
“maksud lo kenapa gue milih boneka Stich ini?”
Dicky mengangguk.
“Gak ada alasan khusus, gue suka sam boneka ini, Lucu! Apalagi ukurannya gede, enak banget buat dipeluk” Miranda tersenyum, “Kenapa lo nggak suka sama pilihan gue yaa?”
“Bukan...gue Cuma heran aja kenapa lo bisa tau kalau gue suka stich?”
“Lo suka stich?” Miranda tidak percaya, “sama dong kayak gue!! Berarti ada 3 orang yang suka stich”
“Hah?? 3 orang?”
“udahlah itu nggak penting! Gimana? Lo setuju nggak sama hadiah pilihan gue?”
“kalo lo suka, gue juga suka”
Miranda semakin yakin kalau Dicky juga punya perasaan yang sama sepertinya. Buktinya, Dicky sendiri mengaku kalau selalu memperhatikan Miranda. Apalagi hari ini Dicky juga menyempatkan mencari kado untuk dirinya.
***
Hari ini tepat hariulangtahun Mirana yang ke 19. Miranda memang sengaja nggak bikin pesta ulangtahunnya, karena menurut Miranda umur 19 itu udah cukup dewasa, jadi buat apa harus ada pesta besar-besaran? Cukup makan bareng keluarga dan teman dekat.
Tapi sayangnya orangtua Miranda ada bisnis ke luar kota, jadi hari ini ia Cuma mengundang Dicky untuk datang ke rumahnya. Itulah gaenaknya jadi anak tunggal.
Miranda sengaja mengundangDicky ke rumahnya, karena ia berniat memamerkan keahliannya bermasak pada Dicky. Miranda memang jago memasak, yaa meskipun alasannya memasak Cuma karena ingin sejago koki di salah satu drama Korea yang ia tonton.
“Non, itu temennya teh uah dateng” Bi Arniz menghampiri Miranda yang sedang menata masakannya di meja makan.
“Oke! Bibi tolong terusin tata masakannya yaa, Miranda mau ke depan dulu.”
Bi Arniz mengacungkan jempolnya “Beres Non”
Sampaidi ruangtamu, Miranda terpesona melihat penampilan Dicky. Malam ini Dicky terlihat sangat amat menawan.
“ehemm..” Miranda berdehem sik bermain sengaja ingin mengagetkan Dicky yang sedang asyik bermain ponsel.
“haii, lo kelihatan cantik banget” puji Dicky sembari memamerkan senyum manisnya.
Malam ini Miranda memang terlihat sangat cantik, Miranda mengenakan dress biru selutut dan menggunakan bando warna senada menghiasi rambut panjangnya, tak lupa sapuan make-up tipis menghiasi wajah manisnya.
Pipi Miranda tampak memerah mendengar pujian Dicky,”Lo juga cakep banget”
“kok sepi sih?gue dateng kecepetan yaa? Tapi mending kecepetan kan ketimbang terlambat hehehehe :D”
“Gapapa ko, lagian gue juga Cuma ngundang lu doang :p”
Dicky menyerahkan sebuah kado berbungkusbiru, “Nih kado buat lo, maaf kalo lo ngga suka”
‘kok kecil sih? Bukannya bonekanya gede yaa?’ pikir Miranda dalam hati.
“Kok Cuma dipandang aja? Dibuka dong! Apa jangan-jangan lo nggak suka yaa?”
“gimana gue ngga suka? Kan belum gue lihat isinya, lagian apapun isinya gue pasti suka kok”
“Bagus kalo gitu! Buruan dong dibuka”
Miranda mulai membuka bungkus kado tersebut, Miranda langsung lesu ketika melihat isinya tak sesuai dengan yang diharapkan. Memang sih isinya bagus,kalung berliontin Stich dan earphone berbentuk Stich. Tapi yang Miranda harapkan, isi kadonya adalah boneka yang dipilihnya waktu itu.
Dengan mengerahkan segenap keberanian Miranda bertanya “Boneka Stich yang kemarin mana? Itu kado buat gue kan?”
“Hah?? Lo salah paham Mir, itu boneka bukan buat lo tapi..”
Miranda memotong perkataan Dicky, “Dick, gue suka sama lo! Sejak pertama gue lihat lo.”
Dicky mencoba melepaskan tangan Miranda yang menggenggamnya. “Minhae, nan neol sarangeulsu eobseyo. (maaf, gue nggak cinta sama lo)”
Miranda langsung down mendengar jawaban Dicky, tangannya gemetar. Miranda menggigit bibirnya kuat-kuat menahan bulir-bulir airmata yang setiap saat bisa saja menetes.
“Hogsi yeojachingu iss-eoseyo? (apa lo uah punya pacar?)” tanya Miranda.
Icky mengangguk, “iya, gue tadi baru jadian sama Vera”
Miranda membisu mendengar penuturan Dicky. Hatinya yang tadi rapuh kini telah hancur berkeping-keping. Tembok pertahanan yang berusaha dibangun Miranda kini mulai runtuh. Perlahan tapi pasti bulir-bulir bening mengalir dari kedua bola matanya.
“Gue mau berterimakasih sama lo,karena berkat hadiah yang lo pilihin gue bisa jadian sama Vera,” Dicky menggenggam erat jemari Miranda, “Urineun chingureul deo chakahaeyo (lebih baik kita berteman)”
“Kenapa? Kenapa bukan gue Dick??” Miranda menatap sayu Dicky.
“karena kita berdua terlalu sama Mir, dari hobby, makanan favorit, tokoh favorit, bahkan sifat kita juga hampir sama. Orang pacaran itu lebih bagus yang berbeda, kalau terlalu sama pasti akan cepet bosen” terang Dicky
“itu Cuma alasan lo aja kan???”
“kalo lo berpikir seperti itu terserah, tapi gue pernah mengalami itu. Kita lebih cocok jadi teman daripada pacar” Dicky menatap Miranda, “Gue yakin lo pasti bisa dapet cowok yanglebih baik dari gue. Saat lo butuh temen, gue bakal selalu ada buat lo kok”
Miranda terdiam, mencoba mencerna semuanya. Sebagian hatinya tidak merelakan semua ini.
“Gue pulang dulu yaa, gue harap besok lo lupain semua kejadian malam ini, Happy Birthday Miranda” sebelum pergi Dicky mengecup kening Miranda.
“makasih buat semuanya Dick :’(“
_THE END_