AKU SELALU MENYAYANGIMU
Karya Dina Amore
Berulang kali ku menghela nafas.Sudah lebih dari lima belas menit aku terkurung di dalam sekolah karena hujan deras sedang mengguyur belahan bumi tempat ku berpijak. Entahlah,meski sudah selama ini menunggu aku tetap menginginkan hujan turun lebih lama lagi.Aku suka suasana seperti ini,suara hujan membuatku dapat sedikit melupakan beban dalam hidupku.Ku ulurkan tanganku hingga air hujan mengenainya.Sambil menengadahkan kepala,hatiku turut bergeming : Hujan,dapatkah kau lunturkan semua cerita sedih dalam harianku?
Drettt..drettt...Tiba-tiba kurasakan ponselku bergetar,segera ku ambil ponsel itu dari saku seragam ku.
“Halo?”
 |
Aku Selalu Menyayangimu |
Hening sejenak.
“Halo..?”kembali kuulangi sapaan ku.
“....Ka Tiara,cepat pulang!Mutia takut.”
Aku tercengang.Tubuhku tiba-tiba menegang.
Mutia!
Saat ku berniat membuka mulut untuk bertanya,tiba-tiba suara barang pecah terdengar di seberang sana.Mutia berteriak histeris dan sambungan antara kami pun terputus.Seketika rasa khawatir langsung menyergap seluruh alam fikiranku.Tanpa pikir panjang lagi,segera ku berlari menerobos derasnya air hujan.Aku tidak perduli lagi dengan teriakan teman-teman yang menyuruhku untuk kembali,aku sudah terlampau cemas dengan keadaan adikku di rumah.Sesuatu pasti terjadi padanya.
Sesampainya di rumah...
Tanpa mempedulikan barang yang berserakan di mana-mana,aku terus melangkah mencari keberadaan mutia,adik kecilku yang masih berusia 10 tahun.Aku sudah tidak heran dengan keadaan rumah sekarang,bagiku pemandangan seperti ini sudah biasa.Sejak Ibu meninggal,rumah ini seperti tak berpenghuni.Menakutkan dan.....sangat berantakan.
Akhirnya,ku temui Mutia dalam keadaan yang menyedihkan di sudut kamar.Pakaian nya sangat berantakan.
Dalam bungkaman tangannya dia menahan tangis.
“DASAR JALANG..!”teriak seorang laki-laki.
Ya itu suara pasti ayah,monster penghuni rumah ini selalu mengamuk dan menghancurkan semua barang yang diinginkannya.
Sepertinya,dia sedang bertengkar dengan wanita mainannya saat ini.
Praakk....Praakkk...
Barang-barang di rumah kembali berterbangan,menabrak tembok hingga menimbulkan suara yang sangat berisik.Entah darimana keributan itu berasal,aku sama sekali tidak tertarik untuk mencari tau.Segera kuhampiri Mutia dan memeluknya erat.Kedua tanganku ku gunakan untuk menutup telinganya.
Aku takut!Sangat takut!Tapi aku harus tetap menjadi pelindung adikku.
“Dia menyakitimu?”tanyaku pelan.
Dalam pelukanku Mutia menengadah sambil menggeleng.
“Jangan marah padanya!Dia membelaku”jawabnya lirih disela isak tangisnya.
Aku mengernyitkan dahi.Membela?Ah,aku rasa Mutia masih terlalu kecil untuk membedakan antara perlakuan membela dan menyakiti.Dalam ingatanku,seseorang yang kami panggil ayah itu tidak pernah membela siapapun.Baginya semua orang adalah musuh.
Seminggu setelah kejadian itu Mutia meninggal dunia.Dia meninggal karena penyakit asma yang dideritanya sudah terlalu parah.Aku amat terpukul,aku tidak dapat menepati janji ku pada Ibu untuk selalu menjaga dan melindungi Mutia.Pada saat Mutia sakitpun,aku tidak mampu berbuat apa-apa.Aku tidak mempunyai uang yang cukup untuk membawanya ke rumah sakit.Dan satu-satu nya orang yang dapat ku harapkan hanya laki-laki yang tinggal bersama kami,tapi dia tidak pernah muncul,bahkan setelah Mutia selesai dimakamkan keberadaan nya masih saja menjadi tanda tanya besar.
Ibu,Maaf aku tidak mampu menjaga Mutia kita.
Aku sendirian sekarang bu,andai aku boleh meminta aku ingin sekali pergi dari dunia ini dan berkumpul lagi bersama kalian disana.
***
Dua tahun lamanya aku bertahan dalam kesendirian.Hari-hari kulewati tanpa ada tujuan yang pasti.Menjalani hidup dalam beban berkepanjangan membuatku terkurung dalam kesepian.Semenjak Mutia tak lagi bersamaku,aku memutuskan untuk pergi dari rumah yang menakutkan itu.Aku pergi tanpa ada yang tahu,dan tinggal di suatu rumah kecil atas saran sahabatku.Aku beruntung dapat tinggal gratis di sini karena rumah yang ku tempati adalah bekas rumahnya dulu.Meski bisa dibilang sangat sederhana,tapi aku sangat bersyukur masih mendapatkan tempat untuk berteduh.
Sekarang aku bekerja sebagai pelayan kantin di SMA ku dulu.Setelah lulus aku langsung bekerja di sana.Tidak ada pilihan lain,jika aku masih ingin hidup maka aku harus bekerja untuk bisa mendapatkan uang.Sebenarnya aku masih berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan,tapi..yah..aku sadar akan keadaan ku sekarang.Bisa memenuhi kebutuhan perutku saja sudah sangat aku syukuri.
Hari ini aku berniat untuk berziarah ke makam ibu dan adikku.Sesampainya di sana,aku dikejutkan dengan kehadiran seorang laki-laki yang duduk di samping makam Mutia.Apa mungkin dia?
Ahh tidak mungkin,elak ku cepat.
Perlahan aku mendekat.
“Permisi..”sapaku.
Laki-laki itu menoleh dan alangkah terkejutnya aku saat mengetahui laki-laki itu memang benar ayah,seseorang yang selama ini menetap dalam relung kebencian hatiku.Dia juga terlihat tidak kalah terkejutnya saat mengetahui kedatanganku.
Kami berdua tidak bergeming,hanya memandang satu sama lain.Entah kenapa aku merasakan kelegaan dalam batinku saat melihat keadaanya yang terlihat baik-baik saja.Dan akupun sempat tidak mempercayai penglihatanku saat menyadari perubahan dari penampilan ayah.Sekarang dia terlihat rapi dengan baju kaos yang dikenakannya,sangat berbeda dengan penampilannya dulu dengan celana yang robek sana sini.
Tidak mau terlalu masuk dalam memori masa lalu,aku menyudahi pandanganku darinya.Usai membaca doa dan menaburkan bunga di atas makam ibu dan Mutia,aku beranjak berdiri dan berniat pergi.
“Bagaimana keadaanmu?”
Aku menoleh,memastikan bahwa pendengaranku tidak sedang bermasalah.Benarkah pertanyaan itu keluar dari mulut ayah?
“Jauh lebih baik daripada saat saya tinggal bersama anda”jawabku.
Tanpa bisa terkendali perasaan benci itu kembali muncul dalam batinku.Jujur,aku masih belum rela atas kelakuannya yang membuat hidupku seperti ini.
“Hemm..baguslah.Ayah senang bisa bertemu denganmu lagi Tiara.”
Aku tercengang.Fikiranku berusaha mencerna ucapan nya.Entah apa yang membuatku merasakan adanya kecemasan dibalik kata-kata yang dia ucapkan barusan,dan dalam lubuk hatiku yang terdalam,secercah rasa bahagia dapat kurasakan saat mendengar ayah menyebutkan namaku.Ahh sial!Perasaan macam apa ini?
Lama sekali kami berkelut dalam keheningan.Kami berdua kembali larut dalam perbincangan hati masing-masing.Hinga akhirnya ayah memutuskan untuk beranjak pergi meninggalkan ku terlebih dahulu.Sebelum tubuhnya menghilang,dia sempat berbalik dan mengatakan sesuatu yang aku sendiri tidak mempercayainya.
“Kau terlihat dewasa sekarang.Jaga dirimu baik-baik Tiara!”
Kemudian secepat kilat tubuhnya menghilang di balik pohon-pohon kamboja.
Aku masih membatu di tempat,sudut mataku senantiasa memandangi sisa bayangan tubuhnya yang perlahan lenyap.
Dalam kebekuan lidahku,air mata keluar sebagai perwakilan rintihan hati.
Aku fikir hatiku tidak akan merindukannya,aku kira bayangnya sudah lama terkubur di masa lalu hingga aku tidak akan berharap bisa bertemu dengannya lagi.Aku fikir aku akan membuang mukaku saat takdir mempertemukan kami kembali.Tapi ternyata semua nya berjalan diluar kendaliku.
Tidak perduli seberapa keras perlakuannya di masa lalu,tak perduli seberapa banyak penderitaan yang dia berikan padaku,tak perduli seberapa kuat usahaku untuk tetap membencinya,
Hatiku tetap menyimpan namanya,senantiasa menjaga bayangnya,dan selalu menyayanginya.
Entah ini suatu kesalahan atau memang jalan takdirku,yang jelas disisa hidup yang diberikan Tuhan untuk ku,aku berharap diberi kesempatan untuk bisa bertemu lagi dengannya dan mengatakan “Aku selalu menyayangimu,ayah!”
PROFIL PENULIS
Dina Aulia (DinaAmore),14 Juli 1997
Menulis adalah salah satu cara saya untuk mengungkapkan semua yang ada difikiran saya.
Twitter : @Dinaa_Au
Facebook : Diena Shin'Aisee MitzuAmore
Terimakasih buat teman-teman yang udah mau baca cerpen ku..
Judul : Aku Selalu Menyayangimu - Cerpen Ayah
Deskripsi : AKU SELALU MENYAYANGIMU Karya Dina Amore Berulang kali ku menghela nafas.Sudah lebih dari lima belas menit aku terkurung di dalam sek...
keyword :
Aku Selalu Menyayangimu - Cerpen Ayah,
Cerpen Ayah