KATA
Karya Sindi Evinaditi
Lizkya berjalan seraya menatap kamera nikon yang terkalung dilehernya. 2 minggu lagi foto-fotonya haru di kumpulkan dan hanya 5 foto yang boleh di kumpulkan. Liz kurang puas dengan hasilnya. Nathan menepuk pelan pundak Liz. Liz menoleh dan tersenyum. Laki-laki ini memang membuat Liz sering tersenyum. Kenapa ya? “Liz, 2 minggu lagi pengumpulan foto di tutup. Foto mana yang mau kamu kumpulin?” “masih bingung, Than. Aku kurang puas sama semua yang aku foto” “kenapa ga coba foto sunset aja?” Liz menoleh pada Nathan. “pantai? Benar juga ya?” “kita akan menemani mu” “tidak. Aku bisa sendiri kok” “ga apa. Niki juga ga akan keberatan kok” “makasih ya, Than” Liz tersenyum lagi. Liz merasa, dirinya mulai nyaman dengan Nathan.
“pantai? Good idea” Niki tesenyum saat mendengar sore ini kita akan ke pantai. Liz berpikir, akan pakai lensa apa dia? “Liz?” panggil Niki. Liz menoleh. “kenapa?” tanya Niki. “aku takut hasilnya gak memuaskan” “gausah takut lagi, Liz. Aku yakin kamu bisa” ujar Niki. Nathan mengangguk. Liz memandang keduanya. “makasih ya”
 |
Kata |
Liz menjepret matahari yang mulai turun, bersembunyi di bawah laut dan pemandangan lainnya. Niki membuat sebuah istana pasir dan Nathan hanya memandang Liz yang sedang sibuk dengan kameranya. “gimana?” “lumaya sih. Tapi kurang kayanya” Nathan mengangguk-angguk. Niki menoleh pada keduanya yang berjarak 3 meter darinya. Niki memandang Liz aneh. seperti ada yang... aneh. Niki menghampiri Nathan. “fotbar bisa?” Liz menoleh pada Niki dan tersenyum. “yuk!” Liz berdiri ditengah. Kedua tangannya memegang kamera nikonnya. Nathan tersenyum dan Niki tertawa. Klik! Sebuah hasil karya yang amat indah. Campuran warna tergambar disana. Andai, foto seseorang dapat dikirim. Tapi yang boleh di kumpulkan hanya foto pemandangan. Liz tersenyum dan Nathan baru menyadari bahwa Liz memiliki lesung pipi di sebelah kiri pipinya. Niki menarik rambut Nathan. Nathan menoleh dan tersenyum pada Niki. “Niki...” Niki berlari menjauh dan mendekat pada air. Nathan mengejar Niki. Liz memandang keduanya dan tersenyum. Nathan menangkap Niki dan memeluk pinggang Niki. Senyum Liz lenyap. Melihat ke akraban mereka membuat Liz sesak. Liz berbalik. Sengaja agar matanya tak menangkap keduanya. Gak, aku gak boleh gini. Mereka sahabat dari kecil dan aku hanya teman baru mereka. Aku gak tau apa-apa tengtang mereka. Liz jangan begini. Batin Liz. Tangannya memeraba dadanya yang terasa sesak. Liz menoleh. Keduanya masih bermain. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Liz menangis.
Nathan memperhatikan Niki yang sedang berjalan. Gaya jalan Niki berbeda. Dia seperti sempoyongan. “Nik...” Niki menoleh. Nathan tertegun. Wajah Niki sangat pucat dan matanya sangat sayu. Liz yang melihatnya juga tertegun. “kamu sakit, Nik?” tanya Liz. Kedua tangannya menyentuh lengan Niki. Niki menggeleng dan beberapa saat tubuhnya jatuh. Nathan segera menompangnya. “Nik!” “Nik! Bangun, Nik!” seru Liz. Nathan segera menggendongnya. Liz menatap Nathan tak menyangka. Perasaan sesak kembali datang. Liz mengikuti Nathan yang membawa Niki ke UKS. Langkah Liz terhenti. Sekarang, Liz menyadarinya. Nathan menyayangi Niki, lebih dari seorang sahabat. Dan Liz juga berfikir, bahwa Niki memiliki rasa yang sama walau mungkin Niki belum merasakannya. Liz merasa, dirinya hanya penghalang. Sebuah tembok besar yang menghalangi keduanya. Liz berbalik dan berjalan berlawanan arah dengan Nathan.
Lizkya dan kedua temannya, sedang sibuk dengan setumpuk foto pemandangan yang Liz ambil. Semuanya telah di cetak. Niki yang usil mencari di sela-sela lemari. Untuk apa mencari disana? Aneh saja kelakuan Niki. Liz yang berada di depan komputer tidak terlalu menghiraukan kelakuan Niki yang mengeratak benda-bendanya dan Nathan, ikut membantu Niki mencari foto yang pas. Tangan Niki menyentuh sebuah kotak, sepertinya terbuat dari besi. Dikeluarkannya benda itu. Dia segera berdiri dan ingin menunjukannya pada Liz. Tanpa sengaja, kotak besi itu terjatuh, dan menghamparkan isi dari kotak itu. Liz menoleh kaget, juga Nathan. “Niki jangan usil...” Nathan berhenti berkata. Niki tertegun dan mata Lizkya membulat. “ini...” ya, semua isi dari kotak itu adalah foto teman kecilnya, Nathan! Liz segera membereskannya dan memasukannya kedalam kotak. “itu apa?” tanya Niki dengan nada tinggi. “ini bukan apa-apa kok, Nik” “itu apa?!” kali ini membentak. Nathan menatap Niki bingung. Juga Liz. Niki segera berdiri meninggalkan Liz dan Nathan. Liz memejamkan matanya. Than, aku mohon, kamu tetap disini. Disini bersama aku. jangan tinggalin aku, Than. Nathan menepuk pundak Liz. “aku susul Niki dulu ya. Kamu tunggu sini” Nathan berlari keluar kamar. Liz menoleh pada pintu yang telah tertutup. Matanya berkaca-kaca. Aku tau, pasti kamu lebih memilih Niki. Karena aku tau, kamu menyayanginya. Aku hanya orang asing di tengah kalian. Batin Lizkya menangis.
Di tempat lain, Niki sedang berjalan gontai penuh amarah. Tapi Niki tersadar, kenapa dia harus marah? Niki menghentikan langkahnya. Kenapa dia harus marah? Jika memang Liz menyukai Nathan, kenapa dirinya marah? Semertinya, ia senang karena pada akhirnya sahabatnya itu disukai seorang wanita. Nathan berlari menghampiri Niki. “lo kenapa sih, Nik?” tanya Nathan seraya menepuk pundaknya. Niki menoleh. “gue... gue... gak tau, Than” Niki menunduk. Nathan memeluk Niki erat. Di jendela kamar, seorang wanita menatap keduanya nanar. Hatinya, perasaannya, remuk karena pemandangan itu. Lizkya hanya menghela napas dan menghapus air matanya. Dirinya menyadari, bahwa dia menyukai Nathan.
Liz berjalan menuju ruang OSIS. Tinggal 3 hari lagi pengumpulan foto akan di tutup. Rencananya, Liz akan mengumpulkan sekarang. 5 foto pemandangan tersimpan di dalam amplop berukuran besar. Liz membuka pintunya dan menemui anggota sekbid. Seorang laki-laki menepuk pundaknya. Liz menoleh lalu tersenyum tipis. “ada apa?” tanya Angga. “aku mau ngumpulin foto buat audisi fotografer” Lizkya menyerahkan amplop besar tadi. Angga tersenyum dan menerima amplopnya. “yaudah. Makasih ya, Ga. Aku balik ke kelas” sebelum melangkah pergi, Angga menarik lengan Liz. “Liz, aku yakin kamu bisa. Jangan takut...” Liz menatap Angga bingung. Kenapa Angga bisa tau kalau dirinya takut? Dari siapa? Tidak mungkin Nathan. Nathan tidak mungkin memberitahu Angga. Apa peduli Nathan? Liz tersenyum dan mengangguk lalu keluar dari ruang OSIS.
Nathan menangkap Liz yang sedang berdiri di depan mading. Dia segera menghampiri Liz. Lalu menepuk pundaknya pelan. “Liz...” Liz menoleh kaget. “kenapa menjauh?” “aku gak menjauh kok, Than. Aku hanya tahu diri” “maksud kamu apa sih? Tahu diri untuk apa? kita teman...” “aku hanya orang asing, Than. Semestinya, aku gak perlu dekat dengan siapapun. Aku ga boleh dekat sama kalian berdua. Terutama kamu” Liz melangkah pergi. Nathan menarik lengan Lizkya. “maksud kamu apa? aku sangat senang bisa dekat dengan kamu. Begitupun Niki” “Than, kamu gak tahu apa yang sebenarnya terjadi” “aku tau Liz. Kenyataannya kamu menjauh” Liz menatap Nathan. Than kamu gatau, kalo aku sudah melangkah terlalu jauh. Than, lepasin aku, ku mohon. Dengan begini, aku bisa berhenti melangkah mengikuti hati kecilku. Ku mohon lepasin aku. biarkan aku terbang menjauh.
Niki dan Nathan berjalan masuk ke depan gerbang rumah Lizkya. Seorang wanita tua tersenyum dan bertanya. “kita berdua cari Lizkya. Ada?” tanya Niki. “lho? Non Lizkya sudah berangkat ke bandara. Baru saja” Niki dan Nathan tertegun. “kemana? Untuk apa?” “ke Paris. Nyonya ada bisnis disana” Nathan segara menarik Niki. Sebelumnya diucapkannya terimakasih. Nathan memberhentikan Taksi dan keduanya masuk dan segera menyusul Lizkya.
Niki dan Nathan berlari mencari Liz. Keramaiannya membuat keduanya sulit untuk mencari liz. Nathan menoleh pada seorang wanita kurus dengan rambut sebahu. Nathan segera menarik Niki kesana. “Liz?” panggil Nathan. Wanita itu menoleh. Benar, dia adalah Lizkya. “Nathan? Niki? Kalian lagi ngapain? Tahu darimana aku disini?” “Liz, kita nyusul kamu kesini. Aku tau dari pembantu kamu. Liz, jangan tinggalin kita” Niki memeluk Liz. Liz tertegun dan membalas pelukan Niki. “aku akan main kesini dan aku akan sering hubungi kalian” “aku mau kamu tetap disini, Liz. Maaf...” Lizkya melepas pelukan Niki. “untuk apa minta maaf? Kamu ga ada salah sama aku. kamu adalah teman terbaik yang pernah aku temui. Begitu juga Nathan. Makasih” Niki tersenyum. Lalu melepas pelukannya. Nathan maju selangkah. Liz tidak berharap laki-laki ini akan memeluknya, seperti Nathan memeluk Niki. Mereka berbeda situasi dan perasaan. “Liz...” kedua tangan Nathan merengkuh Liz. Liz terkesiap. Kedua tangannya perlahan membalas pelukan Nathan. “Liz, terimakasih” Liz menangis di sana. Di pelukan yang Liz rasa, ini paling hangat. “Nathan...” “Liz, kita berdua menyayangimu. Tidak ada bedanya” “Nathan, ini semua tuh beda dengan apa yang kamu kira” “aku sayang sama kamu, Liz. Seorang teman akan menyayangi temannya juga” Liz melepas pelukannya. Jam terbangnya sudah tepat. Liz melangkah pergi membawa kopernya bersama Mamahnya yang menunggu di pintu sana. “dah! Aku menyayangi kalian” Liz melambaikan tangannya. Niki dan Nathan ikut melambai. Keduanya menghilang masuk ke pintu. Niki tertunduk. Ada beberapa hal yang masing-masing tidak di ketahui mereka. Liz menyukai Nathan dan diam-diam, Niki menyukai Nathan, dan Nathan juga menyukai keduanya. Tapi yang Liz tau, Nathan menyukai Niki. Dan ketiganya juga tidak tahu, bahwa seseorang menyukai Liz. Yaitu Angga.
Sebuah KATA tersembunyi di balik masing-masing hati kecil mereka...
PROFIL PENULIS
Name: Sindie
Twitter: @sindi_evinaditi
Thanks for Reader!
Judul : Kata - Cerpen Remaja
Deskripsi : KATA Karya Sindi Evinaditi Lizkya berjalan seraya menatap kamera nikon yang terkalung dilehernya. 2 minggu lagi foto-fotonya haru di ...
keyword :
Kata - Cerpen Remaja,
Cerpen Remaja