Andai - Cerpen Romantis

  • mbahbejo
  • kata
    • kata lucu
    • kata bijak
    • kata mutiara
    • kata cinta
    • kata gokil
  • lucu
    • gambar lucu
    • pantun lucu
    • tebakan lucu
    • kata lucu
    • cerita lucu
  • berita
    • berita unik
    • berita politik
    • berita artis
    • berita aneh
  • kesehatan
    • asam urat
    • kanker
    • jantung
    • hepatitis
    • ginjal
    • asma
    • lambung
  • gambar
    • gambar unik
    • gambar lucu
    • gambar aneh
    • gambar animasi
    • video lucu
  • hoby
    • burung
    • ikan
    • piaraan
  • contoh
    • surat lamaran
    • recount text
    • descriptive text
    • curriculum vitae
    • deskripsi
  • video
    • video lucu
    • video hantu
    • video polisi
    • video totorial
    • video panas
    • video lagu
  • blog
    • SEO
    • template
    • script
    • widget
    • backlink
    • imacros
  • komputer
    • excel
    • macro excel
Home » Cerpen Romantis » Andai - Cerpen Romantis

Andai - Cerpen Romantis

ANDAI
Karya Fanindhyta

Sore itu aku datang untuk menemui sang senja dipantai. Menelusuri putihnya pasir yang membubuhi keindahan pantai itu. Ketika kuberjalan setapak demi setapak, tak sengaja aku melihat seseorang lelaki yang begitu rupawan. Menambahkan indahnya pesona disore itu. Namun aku tak berani mendekat, aku hanya melihatnya dari arah kejauhan. Ketika matahari mulai melenyapkan dirinya, aku berdiri, menghendaki keinginan hatiku untuk segera pulang kerumah. Aku berjalan melewati lelaki itu sambil merunduk, tak berani melihat kearahnya. Ingin rasanya mempercepat langkahku, namun susah.
“Hei, tunggu sebentar.”

Seseorang mungkin memanggilku, aku menengok kebelakang, ternyata lelaki itu yang memanggilku. Aku berhenti dari langkahku, dan dia menghampiriku.
“Ya, ada yang bisa saya bantu?” tanyaku padanya.
“emm, tidak, saya hanya ingin mengembalikan milikmu yang terjatuh disampingku.” Ucapnya sambil tersenyum.

Andai
Deg.. Ya Tuhan, senyumnya begitu menawan diselimuti bibir tipisnya.
“e..iya makasih.” Ucapku dan berlalu.
“hei tunggu..” dia berlari mencegahku

Aku bingung, namun kembali aku menghentikan langkah kakiku.
“nama kamu siapa ?” Tanya lelaki itu padaku sambil mengulurkan tangannya.
“Andina, panggil aja Dina. Maaf saya harus pergi.” Ucapku dan berlalu, bermaksud hendak menjalankan ibadah sholat magrib.
‘wanita itu sangat misterius’ bisik hatinya. ‘aku makin penasaran dengan wanita itu’ lanjutnya.

Sang mentari mulai menampakkan dirinya, walau dengan malu-malu. Aku tersenyum melihat sang mentari yang masih muncul dipagi ini. Kusegerakan melangkah keluar rumah untuk berangkat kuliah. Ya.. sekarang aku kuliah disalah satu perguruan tinggi di-Makassar. Aku bergegas menuju taman untuk menemui Saras sahabatku. Namun ditengah jalan aku kembali melihat lelaki asing yang kutemui kemarin. Aku menggeleng tak peduli dan melanjutkan langkahku. Namun dari belakang dia membuntutiku dan memanggilku.
“hei.. kamu yang kemarin itukan ?” ucapnya dari belakang.
“Ya..” jawabku singkat dan tetap berjalan.

Dia berlari mengejarku dan meraih tanganku.
“apa-apaan sih ?!” ucapku dengan nada sedikit kesal.
“Oh, maaf.” Dia melepaskan tangannya yang menggenggam tanganku. “Kamu Dina-kan ? aku Rafa, aku mahasiswa baru disini.” Lanjutnya.
“Oh, selamat bergabung. Maaf aku harus segera menemui temanku.” Ujarku.
“Bentar, boleh aku ikut bersamamu ? aku belum tahu persis tentang kampus ini.” Ucapnya.
“Ya..” jawabku singkat.
‘sumpah cewek ini cuek banget, lain dari yang lain.’ Ucapnya dalam hati.
“Dina, kamu kemana aja, aku tungguin kamu dari tadi. Oh ya, dia siapa ? pacar kamu ?” celetuk Saras.
“heh ! kamu ini, dia mahasiswa baru disini. Oh iya maaf aku telat.” Jawabku.
“Kenalin aku Rafa” ucap Rafa sembari mengulurkan tangan keSaras.
“Aku Saras, selamat datang ya.” Ucap Saras sambil membalas uluran tangan Rafa.

Sore itu.. kembali aku menuju pantai untuk melihat sang fajar terlelap. Aku memotret keindahan pantai itu dengan kamera kesayanganku. Dan lagi.. aku melihat Rafa dari kejauhan. ‘Ya Tuhan.. dimana-mana aku melihatnya. Kenapa dia selalu muncul ?’ gerutuku dalam hati. Aku bergegas menjauh dari arahnya. Dan dia mendekatiku saat aku memotret sang fajar.
“Hai..Dina.” sapanya sambil tersenyum. Aku hanya melirik kearahnya dan kembali menyibukkan diriku dengan memfoto pemandangan indah ini.
“kamu suka pantai ya ? aku perhatiin kamu sering banget kesini.” Tanyanya padaku. Dan kembali aku tak memperdulikannya.
“Dina.. kamu hobby memotret ?” tanyanya lagi, dan aku tidak menjawab. Mungkin dia kesal, lalu dia memegang bahuku dan membalikkan badanku.
“Apa-apaan sih !?” ucapku kesal.
“Aku nanya, dan kamu hanya diam, seenggaknya kamu jawab satu pertanyaanku, jangan hanya diam.” Ucap Rafa dengan sedikit nada emosi.
“maaf aku sibuk.” Ucapku berlalu.
“Hei.. aku menyukaimu..” aku berhenti melangkah. “Ya.. aku menyukaimu Dina, kamu wanita yang aku cari, kamu sempurna dimataku.” Jelasnya dengan nada sedikit lirih.

Aku memalingkan wajahku kearahnya dan tersenyum, kemudian meninggalkannya.
‘Ya Tuhan, apa dia sungguh-sungguh mengatakan hal itu ? tapi kenapa secepat itu dia mengatakannya ? dia tidak mengetahui seluk-beluk tentang hidupku. Dan dia juga tak bisa menafsirkan pola fikirku. Apa dia sanggup ? aku juga menyukainya, tatapan indah matanya, senyum manis bibirnya, dan kelakuannya yang sopan, tapi aku tak bisa mencintainya, aku masih terbayang-bayang sosok Gerald kekasihku yang meninggal’ aku berperang dengan perasaanku.
“aku nggak sanggup, aku nggak sanggup, a..ku nggak sa..ngguuupp.” aku menangis dan berteriak. Sosok Rafa mengingatkanku kembali pada Gerald, orang yang kusayangi. Orang yang sangat kuharapkan kehadirannya kembali. Mungkin Tuhan mengabulkan doaku dengan mengirim Rafa dihidupku. Tapi aku tak bisa begitu saja menggantikan Gerald. Aku berjalan gontai menuju taman belakang rumah. Aku duduk termenung disebuah kursi menghadap kolam ikan. Kembali teringat masa lalu saat bersama Gerald.

Seminggu aku tak pernah keluar dari rumah. Dari luar sana terdengar seseorang mengetuk pintu, aku tak memperdulikannya, namun Bi Inah membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah Saras bersama Rafa.
“Dinaaa..” teriak lirih Saras sambil memegang bahuku dari belakang.
“kamu kenapa nggak ada kabar sama sekali ? kamu sakit ? kami cemas.” Tanya Saras
Namu aku hanya diam, tetap memandang kearah luar jendela.
“Diin.. kamu nggak kenapa-kenapa kan ?” tanya Rafa mendekatiku.

Aku tak merespon.
“Diina..” ucapnya lagi. Aku melirik kearahnya, Rafa berdiri tepat dihadapanku. Aku menatap matanya, mataku berkaca-kaca dan tanpa disadari butir demi butir air mataku menetes, dan aku memeluk erat Rafa. Begitu nyaman, seperti pelukan Gerald dulu. Rafa hanya terdiam dan membalas pelukanku.
“jangan pergi, aku nggak mau kehilangan kamu.” Ucapku sambil terisak.

Rafa tak merasa kaget, mungkin Saras sudah menceritakannya.
“iya, aku nggak bakal pergi, aku disini untuk kamu.” Balas Rafa.

Aku masih memeluknya, kemudian melepaskan pelukan itu, aku menatap mata Rafa kembali. Melihat bibir tipisnya yang merah itu. Seketika itu aku merasa lemah, aku terjatuh, pingsan tak berdaya dipelukan Rafa.
“Dina, kamu kenapa ?” ucap Saras khawatir.
“Dinaa..” lirihan Rafa. Rafa mengangkatku menuju tempat pembaringanku. Sedangkan Saras kebawah mengambil kotak P3K. Rafa membelai rambutku, memegang tanganku, dan mengecup keningku. Rafa begitu khawatir dan cemas. Aku tersadar, kembali melihat kearah kanan dan melihat Rafa. Sekali lagi aku memeluknya, memeluk erat tubuhnya. ‘ Ya Tuhan, aku tak sanggup bila ini harus terjadi, aku menyayangi Gerald, tapi aku tak mungkin memilih Rafa sebagai penerus Gerald. Aku tak sanggup.’ Hatiku berkecamuk pilu. Pelukanku makin erat, menandakan tak ingin melepaskan Rafa. Yaa.. mungkin ini sedikit kesempatan bagi Rafa untuk bersamaku. Aku tak peduli apa yang Rafa fikirkan, yang jelas aku tak ingin melepaskan pelukan ini.

Keesokan harinya aku pergi untuk menenangkan diriku ke kediaman Orangtuaku di-Surabaya. Aku menulis disehelai kertas yang aku tempelkan diMading kamar.
--Satu kalimat yang belum sempat terucap dan mungkin selamanya hanya akan ada di dalam hati dan pikiran ini “Aku sayang kamu”. Bila ada kata andai, maka yang akan ku ucap adalah “Andai aku kenal kamu jauh sebelumnya”. Kalau ada harapan yang mungkin dapat terkabulkan “Dapatkah semua berakhir seperti yang kita inginkan”. Ya Tuhan, aku tahu dia makhlukMu yang sangat-sangat tidak sempurna. Aku pun tahu dia tak halal bagiku saat ini. Tapi aku menyayanginya dari setiap ketidaksempurnaan yang dimilikinya. Aku menyayanginya dari keinginannya untuk berubah menjadi lebih baik dari dirinya yang sebelumnya. Ya Tuhan, Kuatkan hatinya untuk tetap istiqomah dengan setiap kebaikan yang ada padanya saat ini. Genggam erat hatinya agar tak terlepas dariMu lagi, Rangkul dia agar berjalan lurus ke arahMu, Dan kuatkan hatiku bila dia Kau ciptakan bukan untukku.—
Andhina Arzalika Putri  Gerald A ( Rafa Anggara )

Rafa mendatangi rumahku,namun hanya Bi Inah yang terlihat, diapun menanyakan tentangku.
“Bi, Dina ada nggak ?” Tanya Rafa pada Bi Inah.
“aduh maaf den, mba Dina udah pergi dua jam yang lalu.” Jawab Bi Inah
“Oh, kira-kira bibi tau nggak dia pergi kemana ?” Tanya Rafa lagi.
“kata Mba Dina sih ngomongnya mau kerumah orang tuanya diSurabaya.” Jawab Bi Inah lagi “Oh iya den, aden masuk aja kekamar Mba Dina, soalnya kata dia kalo ada Den Rafa disuruh kesana. Katanya sih ada sehelai kertas di madding kamarnya gitu.” Jelas Bi Inah
“oh yaudah makasih ya Bi.” Balas Rafa.
“Sama-sama den.” Ucap Bi inah dan melanjutnya pekerjaannya.

Rafa menuju kekamarku, menaiki anak tangga yang mungil dan membuka pintu kamarku. Dia melihat sekitar kamarku, Rafa akhirnya menuju mading yang aku tempelkan sehelai kertas berisikan kata-kata yang tak mampu kuucapkan.
“aku tau alasan kamu menjauhiku Din, aku tau wajahku begitu persis dengan orang yang ada difoto ini. Mungkin kau menyayanginya, bahkan kamu tak bisa menerima kenyataan bahwa Gerald sudah tiada. Aku tak ingin kedatanganku menyakitimu. Tapi aku begitu mencintaimu Dina.” Ucap Rafa sambil memandangi fotoku bersama Gerald. Pada waktu yang bersamaan, sebulir air keluar dari matanya. Rafa kembali melihat sekeliling sudut kamarku, dia mendekati fotoku, memandangi fotoku, dan menciumnya.

Aku duduk di bebatuan, disebuah pantai nan indah. Kembali memikirkan Gerald. Aku hanya bisa mengeluarkan bulir-bulir air mataku, diiringi benturan ombak yang menabrak karang. Kukeluarkan teriakan yang selama ini tersembunyi, kukeluarkan air mata tanpa henti-hentinya. Tiba-tiba aku merasakan kehadiran Gerald didekatku. Dan ternyata sosok bayangan lelaki mengenakan pakaian serba putih, dan perlahan melangkah mendekatiku.
“Gerald ? kamu disini ? aku merindukanmu.” Ujarku berusaha memeluknya namun nihil.
“Dina, aku tau kamu menyayangiku, relakan aku untuk pergi, sadarlah bahwa aku telah tiada didunia, tapi aku masih ada disini, dihatimu. Kau sudah menemukan sosok pria yang lebih baik dariku. Rafa adalah kiriman dari Tuhan yang Dia berikan untukmu, sayangilah dia seperti kamu menyayangiku, tapi tetap sayangi pula aku, karena aku selalu disisimu, dan kamu selalu dihatiku sampai kapanpun. Terima dia sebagai teman hidupku, jangan kecewakan aku. Aku menyayangimu my beloved.” Ucap Gerald dan perlahan menghilang.
“Gerald ? kamu jangan pergi, aku menyayangimu, jangan tinggalin aku.” Ucapku tak kuasa membendung air mata.
aku menangis sejadi-jadinya, memukuli batu karang yang begitu tajam. Tanganku memerah dan akhirnya darah menetes. Perih.. iya perih seperti hatiku saat ini, mungkin lebih perih ditinggalkan kekasih yang begitu kucinta. Aku tak peduli dengan darah yang mengucur ditanganku.
“stop ! hentikan itu ! apa kau sudah gilan?” bentak seseorang dari arah belakang.
“Rafa ?! ngapain kamu disini ? bukannyaa…” ucapku terhenti.
“ya, aku tau kamu disini dari Bi Inah.” Jawabnya mendekatiku sembari membuka kemeja biru yang ia kenakan untuk melilit tanganku yang berdarah itu. “aku tau kamu dipantai ini dari ibumu, aku mendatangi rumahmu dan menanyakan tentangmu. Maaf jika aku begitu lancang. Aku hanya nggak pengen liat kamu terus-terusan sedih, rasanya hatiku begitu teriris.” Lanjutnya.
“kau jahat !” ucapku memalingkan wajah darinya. Air mataku masih mengalir dari mata indahku.
“maafkan aku..” Rafa menyeka air mataku dengan tangan lembutnya.

Memang romantis, suasana seperti ini yang aku rindukan bersama Gerald. Seketika aku memeluk Rafa, memeluk dengan rasa cintaku untuk Gerald, rasa yang sulit untuk pudar. Perlahan aku melepaskan pelukan itu. Aku melihat matahari yang akan tertidur. Rafa berdiri dihadapanku, memegang pinggulku, perlahan dia mendekatkan wajahnya kewajahku dan memiringkan sedikit kepalanya. Aku hanya terdiam seperti terhipnotis melihat mata indahnya. Semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat, dan bibir tipisnya menyentuh bibirku. Ntah apa yang kulakukan saat senja mulai meredup. Aku hanya menikmatinya, menikmati bibir tipis Rafa yang tak pernah kurasakan. Perlahan dia melepaskan bibirnya dari bibirku, aku masih terdiam membisu, seperti terbius olehnya. ‘Ya Tuhan, diakah pengganti Gerald untukku ?’ ucapku dalam hati. Kemudian aku turun dari bebatuan tempatku berdiri, dan berlari menjauh dari Rafa.
“Dinaa.. Dina, kamu mau kemana ?” teriak Rafa.
aku hanya berlari tak menghiraukan Rafa. Sesekali aku menoleh kebelakang, dan saat aku menoleh… “bruuuukkk” sebuah mobil mini menabrak tubuhkuk, aku tergeletak tak berdaya diiringi kucuran darah. Rafa berlari kearahku.
“Dina, kamu bertahan ya, kamu akan baik-baik aja, jangan khawatir.” Ucap Rafa tergesa-gesa menggotongku kearah sebuah mobil yang menabrakku.

Setibanya di rumah sakit, ntah apa yang dokter pasang ditubuhku. Rasanya sakit, namun aku tak bisa memberontak. Dokter menanganiku berjam-jam, dan akhirnya selesai. Rafa dan orang tuaku segera mendekati Dokter itu.
“bagaimana kondisi Dina dok ?” Tanya Rafa.
“iya dok, bagaimana kondisinya ?” Tanya Ibuku
“Dina mengalami masalah pada bagian otaknya. Dia mengalami geger otak.” Jelas Dokter itu.
“tapi Dok, bagaimana mungkin sampai separah itu ?” Tanya Ayahku
“mobil yang menabraknya mengenai tubuhnya sehingga Dina terpental dan kepalanya menghantam sebuah benda keras.” Jelas Dokter itu lagi.
“Ya Tuhan.. Dinaa.” Ucap ibuku lirih.
“yang sabar ya bu, inshaAllah semua ini ada solusinya.” Ucap Dokter itu sambil menenangkan ibuku.

Rafa langsung berlari masuk keruanganku, dia memegang tangan dan membelai rambutku yang dilapisi oleh perban. Rafa menangis dihadapanku, seperti tak kuat melihat tubuhku terbaring lemah seperti ini.
“Ayo kita masuk Yah.” Ajak Ibu pada Ayah.
“sudahlah bu, biarkan Rafa berdua dengan Dina dulu.” Ucap Ayah.
“Tapi Yah ?” ucap Ibu.
“sudahlah Bu. Mending kita pulang, kita titipkan pada Rafa.” Ajak Ayah.

Sang fajar mulai terlihat, menampakkan kemilau cahaya indahnya, namun diselingi awan mendung yang nampak gelap. Perlahan aku mulai membuka mataku, terlihat Rafa yang terlelap dikursi sambil memgang tanganku. Aku membetulkan selimutnya, nampaknya ia kedinginan. Walau tubuhku begitu lemah. Namun Rafa terbangun.
“Dina, kamu udah sadar ? Dokter, Suster, Suster, Dina sudah sadar.” Teriak Rafa sambil memanggil Suster dan Dokter.

Dokter dan Suster datang, mereka memeriksaku, sementara Rafa menunggu diluar ruangan. Beberapa menit mereka keluar dan Rafa masuk kedalam ruanganku.
“Dina, Dina, kamu baik-baik aja kan ? kamu nggak ngerasain sakit apa-apa kan ? aku sangat cemas.” Tanya Rafa dengan ekspresi cemasnya. Dia merasa iba padaku. Aku hanya tersenyum pada Rafa. Beberapa saat kami berdua terdiam.
“Raf, kamu udah baca secarik kertas dikamarku kan ?” tanyaku.
“iya Din, udah.” Balasnya.
“aku takut Raf, takut. Aku nggak pengen ninggalin kamu saat ini. Aku masih pengen bareng-bareng kamu. Tapi aku nggak kuat Raf.” Ucapku dengan nada lirih kesakitan.
“kamu ngomong apa sih ? kamu harus kuat, kamu harus bertahan. Mana Dina yang jutek ? mana Dina acuh pada orang asing ? siapa yang akan memandang sang senja ? siapa yang akan tersenyum ketika sang fajar menyingsing ? kamu harus berusaha. Never give up Dina.” Ucapnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kerlingan air mataku keluar dari mata indahku.
“sakit Raf..” lirihan kata dari bibirku.
“Tahan ya Din, kamu akan sehat kembali.” Ucap Rafa sembari mencium keningku.

Beberapa minggu berlalu. Aku keluar dari rumah sakit. Setiap hari Rafa selalu ada bersamaku. Sore itu aku mengajak Rafa kepantai. Aku duduk dihamparan pasir putih, ditemani Rafa disampngku.
“aku menyayangimu Rafa.” Ucapku sambil menyenderkan kepalaku dibahunya.
“aku juga menyayangimu Dina, sejak dulu. Dan aku ingin kamu jadi pendampingku, dalam sakit maupun sehat, dalam suka maupun duka, dalam segala kondisi. Aku berjanji akan selalu ada disampingmu.”
ucapan yang membuatku tertegun, menatap sebentar matanya dan kembali menyenderkan kepalaku dibahunya.
“aku mau Raf.. aku bersedia. Dalam suka maupun duka, selama ajal belum memisahkan kita, aku akan menyayangi dan mencintaimu. I love you Rafa.. my beloved.” Ucapku tepat saat senja memancarkan panorama indahnya. Aku memegang tangan Rafa dan mencium pipinya. Kutatap sekali lagi wajahnya, Rafa tersenyum padaku, aku membalasnya.
“kamu terlalu sempurna Raf.. aku akan selalu ada disini, dihati kamu.” Ucapku.
“Aku menyayangimu Din, kamu begitu sempurna dari yang sempurna dimataku, aku akan menyayangimu.” Ujar Rafa, seketika itu dia mengecup bibirku. Lembut ..
aku menyenderkan lagi kepalaku dibahunya.
“dingin Raf.” Ucapku sembil memeluknya dari samping.
“mau pulang ? ntar kamu tambah sakit.” Ajak Rafa
“nggak Raf, aku masih pengen disini. Pengen liat senja terlelap dulu. Hehehe” ucapku manja.

Rafa melepas jaketnya dan menutupi badanku. Terasa nyaman saat dia menyelimutiku dengan jaketnya dan aku memeluknya dari samping.
“I Love you Dina.” Ucap Rafa sambil mengajak kepalaku untuk bersender dibahunya.
“I Love you too Rafa.” Balasku.

Sunyi, hanya suara ombak yang terdengar, Rafa membangunkanku.
“Dina, bangun, senja udah hilang, kita pulang yuk.” Ajak Rafa. Aku tidak meresponnya.
“Dina, bangun..” “Din..Dina.” panggilnya sambil menyentuh pipiku.
“Ya Tuhan, dingin banget. Dina.. Dina kamu nggak kenapa-kenapa kan ? bangun Dina, dengerkan ? banguuuunn.. Dinaa.” Ucapnya sambil menggoyangkan tubuhku. Rafa mencoba memegang leherku untu mencari denyut nadiku. Tapi.. tak ada sedikit detakanpun yang terasa. Ya.. aku tlah pergi meninggalkan Rafa disaat senja terbenam. ‘Selamat tinggal Rafa, maafkan aku yang telah melukai hatimu dengan cara seperti ini. Aku terlalu menyayangimu, tapi Tuhan telah memanggilku dan Malaikat telah menjemputku. Semoga kamu selalu bahagia.’ Ucap bayanganku berbisik ditelinga Rafa.
“Dinaaaaaaaaaaaaaaa…….aaaa” teriak Rafa dan menangis.
“kamu lelaki terbaik, kuat, dan baik, jangan putus asa, perjalananmu masih panjang. Hapus air matamu, kejar impianmu, dan aku akan menunggumu dinirwana” ucapku tersenyum dan berlalu.
“Dina..” lirihan suara Rafa dan kemudia memeluk tubuh kakuku.
“semoga kau bahagia disana Andhina Arzalika Putri. Aku menyayangimu.” Ucapan Rafa yang terlontar dari bibir manisnya.
“andai waktuku bersamanya masih panjang. Andai bisa aku bersamanya beberapa hari kedepan saja. Andai aku masih bisa menikmati cinta ini bersamanya. Andai Tuhan memberiku kesempatan kedua. Andai …”

R.I.P : Andhina A Putri

--- The End ---

PROFIL PENULIS
Nama : Fanindhyta Mardhatillah Tanza
Ttl : Oktober 1996
Alamat : Parigi, Bone, Sulawesi Selatan
Bersekolah di SMA Negeri 1 Lappariaja
Hobby : Menulis cerita pendek, jalan-jalan, mencari hal-hal baru
Cita-cita : Penulis, Orang yang bermanfaat
Facebook : izharbenazhir@rocketmail.com / valendhyta@yahoo.com
Twitter : @fadhyta
 No. Urut : 979
Tanggal Kirim : 07/05/2013 14:17:47

Baca juga Cerpen Romantis yang lainnya.
Ditulis oleh Unknown, Jumat, 21 Juni 2013 09.50- Rating: 4.5

Judul : Andai - Cerpen Romantis

Deskripsi : ANDAI Karya Fanindhyta Sore itu aku datang untuk menemui sang senja dipantai. Menelusuri putihnya pasir yang membubuhi keindahan pantai itu....
keyword :Andai - Cerpen Romantis, Cerpen Romantis
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Postingan Populer
  • Cinta Antara Adik dan Kakak Kelas - Cerpen Romantis
    CINTA ANTARA ADIK DAN KAKA KELAS Karya Himatul Aliah Suatu hari dimana semua orang sudah terbangun dan bersiap-siap untuk memulai akt...
  • Sepasang Bidadari - Cerpen Ibu
    SEPASANG BIDADARI Karya Albertus Kelvin Namaku Mitsuko. Hari ini aku masuk sekolah seperti biasa. Ditemani oleh awan yang mendung dan...
  • Daun daun Pun Berguguran - Cerpen Cinta Remaja
    DAUN-DAUN PUN BERGUGURAN Karya Beatrix Intan Cendana Hari ini tepatnya musim gugur yang bagiku cukup menyejukkan, mungkin tak seperti...
  • Tiga Bulan Berujung Tangis - Cerpen Sedih
    TIGA BULAN BERUJUNG TANGIS Karya Khanissa Aghnia Afwa Namaku Ifha Dwi Ashilla, singkatnya Ifha. Aku seorang murid kelas 11 di SMA Negeri Ban...
  • Senja Pengusir Cahaya - Cerpen Cinta
    SENJA PENGUSIR CAHAYA Karya Atep Maulana Yusup Sabtu malam yang panjang dan sulit. Bagaimana tidak, aku di percaya untuk bicara langs...
  • Boneka Beruang dan Sepeda Butut - Cerpen Persahabatan
    BONEKA BERUANG DAN SEPEDA BUTUT Karya   Radifa Farah Putri berjalan lesu sepulang sekolah. Ia sangat tersinggung dengan perkataan Sarah keti...
  • Pelangi di Malam Hari - Cerpen Cinta Romantis
    PELANGI DI MALAM HARI Karya Elisabeth Cecilia Setiap nafas yang kurasakan aku selalu merindukan pelangiku, selalu mencari-cari segalanya yan...
  • Berhenti Mencintaimu - Cerpen Cinta
    BERHENTI MENCINTAIMU Karya Mellysaurma Aku terlarut dalam lagu Tak sanggup lagi(Rosa) yang mengalun begitu lembut. Begitulah kiranya ya...
  • Kumpulan Cerpen Remaja Part III Update 2013
    Cerpen Remaja - Banyak Cerpen Remaja yang sahabat Loker Seni Kirimkan ini bahwa menandakan dunia fiksi di Indonesia ini sangat berkembang ...
  • Jangan Melihat Buku Dari Sampulnya - Cerpen Motivasi Remaja
    JANGAN MELIIHAT BUKU DARI SAMPULNYA Karya Mahendra Sanjaya Hi.. perkenalkan, namaku Mahendra Sanjaya. Teman-teman biasa memanggilku Jaya. Ak...

Info mbahbejo © Andai - Cerpen Romantis