SUAMIKU, IDOLAKU
Karya Nida Hwa
Pagi yang sungguh sejuk dengan diiringi tetesan-tetesan embun didedaunan. Seakan-akan mengetahui keadaan hati ini yang tengah berbunga-bunga.
"Alhamdulillah ya nduk, akhirnya sebentar lagi kamu akan menikah." Ucap Ibu yang tengah melihatku didandani oleh perias pengantin.
"Insya Allah Bu, mohon doanya ya" pintaku
"Iya, doa Ibu selalu untuk kebahagiaanmu nduk" sahut ibu.
"Terima kasih bu" balasku dengan tersenyum
Ia hanya tersenyum dan mengangguk padaku.
*****
 |
Suamiku, Idolaku |
Beberapa menit kemudian terdengar gendangan dari rebana yang disemarakkan dengan shalawat nabi. Pernikahan ku diadakan dengan cukup meriah. Semua adalah permintaan Ibu dari calon suamiku, Mas Fikri. Teringat olehku akan kejadian dua bulan yang lalu...
*****
Disuatu hari, aku menghadiri pengajian di mesjid kampus. Setelah pengajian itu selesai, Fitria memintaku untuk menemaninya memberikan kunci mobil pada kakaknya. Kamipun menuju tempat parkir, tempat kakaknya menunggu.
"Assalamu'alaykum" salam kami serentak.
"Wa'alaykumsalam" jawabnya dengan bersahaja.
"Afwan bang, malam ini Fitria mau nginap dulu di apartemennya Mba Riana." Beritahu Fitria.
"Oh gii.tu. Iya" jawabnya
Tiga hari kemudian, Fitria menghubungiku.
"Ka Riana, boleh gak Fitria sama keluarga kerumah? Silaturrahmi sama Ibu ukhty boleh?" beritahunya
"Insya Allah boleh ,, kebetulan Ibu belum pulang ke Surabaya Fit, insya Allah pintu rumah ana slalu terbuka untuk ukhty." Sahutku.
*****
"Bu, insya Allah Fitria dan keluarga mau silaturrahim kesini besok lusa." Beritahuku pada Ibu.
"Wah mau ngapain ya nduk Fitria sama keluaraganya kesini?" Tanya ibu dengan heran.
"Kan dia bilang mau silaturrahim Bu." Jawabku seadanya.
"Jangan-jangan mau melamarmu Na." Duganya.
"Hem Ibu, ya nda matu' to Bu. Kakaknya Fitria itu pinter bu. Wong dia jadi dosen dikampus Riana, lulusan Al-azhar lagi." Komentarku.
"Loh ndak papa to' Na, mimpi sekali-sekali." Sahut ibu lagi.
Aku hanya diam dan mengangguk-angguk saja sembari memasukkan kue-kue kering buatanku dan Ibu ke toples.
*****
Waktu pun terus berlalu. Siang berganti malam, matahari telah selesai menunaikan tugasnya, hingga akhirnya bulan dan bintang menggantikanya. Tepat pukul 8;30, pintu apartemenku diketuk.
"Assalamu'laykuum?" Terdengar salam dari luar.
"Wa'alaykumussalam warahmatullahh.. Silahkan masuk, saya panggil Ibu dulu" sambutku.
"Makasih ya kak" ucap Fitria.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk padanya.
Ku bawakan lima gelas teh hangat dan beberapa toples kue buatanku dengan Ibu,
"Wah repot-repot nih ka Riana." Ledek Fitria.
"Gak ko Fit." Jawabku sambil tersenyum.
Aku hanya tersenyum sendiri mendengarkan pembicaraan mereka. Ternyata dugaan ibu benar, Mas Fikri meminangku.
"Subhanallah, terima kasih ya Allah"
*****
"Ri, riiaanaa...?" Panggil seseorang yang mengagetkanku.
"Eh.a...I.iaa mba." Ucapku terkaget.
"Kamu ini melamun aja dari tadi. Siap-siap loh, bentar lagi ijab kabul dimulai." Beritahu kak Nadia.
"Ohh. .I..I. Iya mbak" sahutku gugup.
Terdengar suara pembawa acara dari luar kamarku. Pernikahan kami diadakan dirumah dengan cukup mewah. Bernuansa putih dan hijau muda. Berbungakan melati dan mawar berwarna merah muda. Busana pengantin kami berwarna putih bermotif hijau muda.
"Subhanallah, Kamu cantik banget nduk, bapakmu pasti senang melihatnya." Ucap Ibu dengan memelukku.
"Sudah, jangan nangis. Insya Allah Bapakmu turut bahagia disana." Ucap ibu lagi.
###
"Bismillahhirrahmaanirrahiim, saya nikahkan engkau, Fikri Muhammad bin H. Arifin Ilham dengan Riana Humaira binti H. Syafril Arham (alm) dengan seperangkat perhiasan dan seperangkat alat shalat dibayar tunai?" Ucap penghulu dengan lantang.
"Saya terima nikahnya Riana Humaira binti H. Syafril Arham (alm) dengan seperangkat perhiasan dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!" Ucap seorang laki-laki dengan lantang dan bersahaja.
"Bagaimana para saksi?
Sah?" Tanya penghulu.
"Sah" ucap seisi ruangan dengan serentak.
Aku terharu mendengar ijab qabul yang diucapkannya. Tak terasa, air mataku tumpah secara perlahan ditelaganya. Kusadari, bahwa kini amanah telah tertumpu dipundakku. Aku telah menjadi seorang isteri.
"Wahai Allah, berkahilah aku didalam keluargaku dan berkahilah ia didalam diriku. Wahai Allah, satukanlah kami dalam kebaikan dan pisahkanlah kami jika Engkau menghendaki (kami) berpisah dengan kebaikan pula." Do'aku.
"Waduh-waduh, kakak iparku ini cantiknya..." puji Fitria.
"ah kamu ini Fit, bisa aja mujinya" balasku.
"Ayo mbak, mas Fikri tersayang udah nunggu tuh." Ajaknya dengan bercanda.
Aku hanya tersenyum dan berjalan mengiringi Fitria dengan bergandengan.
"Subhanaalah, suamiku sungguh tampan" gumamku dalam hati.
Kucium punggung tangannya yang agak kasar dan kokoh. Aku tak mampu menatapnya yang tepat berada disampingku. Kurasakan tangan yang kokoh seperti ayah yang telah lama meninggalkanku.
*****
Setelah acara selesai, aku dan Mas Fikri berganti pakaian. Kukenakan gamis biru muda pemberiannya seminggu yang lalu. Sedangkan Mas Fikri menggunakan baju koko berwarna putih dan celana kain hitam.
"Anda memang tampan, dosenku! eh suamiku." Gumamku dalam hati.
Awalnya aku ragu untuk membuka jilbab didepannya, namun setelah kupikir-pikir, ia mempunyai hak untuk melihatnya. Mungkin ia bisa menebak tentang keraguanku..
"Buka dong sayang, gak usah malu sama abang. Hem?" Pintanya dengan sedikit merayuku.
"Mau gak ya?" Sahutku dengan agak bercanda dan tak lagi canggung.
"Eh..eh..udah gak malu nih ceritanya?" Candanya.
"Hem..abang" sahutku dengan cemberut.
Kubuka jilbabku dengan mengucap bismillah. Ia menghampiriku dan meletakkan tangannya dikeningku seraya berdo'a
"Wahai Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikannya dan kebaikan dari apa yang Kau berikan kepadanya, serta aku berlindung kepadaMu daripada keburukannya dan keburukan yang engkau berikan kepadanya"
"Aamiin" ucapku mengamini.
Kemudian kami beribadah bersama dan mencari keridhaan Illahi rabbi.
"Dan biarkanlah kami terbang
Untuk menjelajahi keindahan surga duniaMu
Saling melengkapi dan saling mengasihi"
*****
Ayam-ayam mulai berkokok, menandakan pagi akan segera tiba. Aku terbangun dan sedikit terkejut dengan kehadiran Mas Fikri disampingku. Namun tak butuh waktu yang lama, aku sadar bahwa aku sudah menikah dengannya. Ku lihat, ia masih terlelap dalam tidur pulasnya. Wajahnya yang putih terlihat bercahaya. Alisnya yang tipis bersambung membentuk gunung. Rambutnya hitam dan lebat, serta berhidung mancung.
"Subhanallah, wajah yang nyaris sempurna." Gumamku.
Ku tatap wajah yang berada tepat disampingku. Ku belai rambutnya dan kucium pipinya.
"Subhanallah, terima kasih ya Rabb atas karunia terindahMu. Hamba janji kan berbakti dan menyayanginya karenaMu, jadikanlah hamba bidadari dunia & akhiratnya ya Rabbi" do'aku dengan pelan.
"Aamiin ya Allah. Jadikan ia bidadari dunia akhiratku ya
Allah, jangan berikan ia pada orang lain ya Allah" do'anya ketika terbangun.
"Aamiin, Mas nguping ya?" Tebakku dengan malu-malu.
"Hehe, diam-diam nakal juga ya!" Ledeknya
"Ihh gak ko.." Sahutku dengan agak cemberut
Kamipun mandi bergantian kemudian melakukan shalat subuh berjamaah. Seusai shalat, kucium punggung tangannya, dan kudapatkan satu kecupan dikeningku.
*****
Kupandangi matahari yang tengah menuju peraduannya. Ingin kutitipkan sebuah kata terima kasih untuk sang maha pencipta. Karena tlah Ia karuniakan kepadaku seorang nahkoda yang bertanggung jawab dan menyayangiku karenaNya. Hari demi hari aku mulai mengetahui semua sikapnya. Ia adalah seorang pekerja keras, seseorang yang bertanggung jawab, penyayang, adil dalam membagi waktu, serta mampu membawaku kesamudera cintaNya. Ia adalah imam yang bacaan surahnya menyejukkan hatiku. Bagiku, Mas Fikri adalah suami idaman yang telah kunantikan bertahun-tahun. Ia adalah karunia terindah yang Allah berikan dalam hidupku. Suamiku, kaulah idolaku!!
The End
PROFIL PENULIS
Aku hanya setetes tinta yang masih harus diberi tetesan tinta yang berlimpah.
Mari bersilaturrahmi di
Facebook ; Nida HauraNazhifa Ulfah
ID WeChat ; NidaLeeHwa
ID KakaoTalk : Nida11
Twitter : DindaPelangi52
No. Urut 1219
Tanggal Kirim : 12/06/2013 19:55:22