Lotus Kecilku - Cerpen Sedih

  • mbahbejo
  • kata
    • kata lucu
    • kata bijak
    • kata mutiara
    • kata cinta
    • kata gokil
  • lucu
    • gambar lucu
    • pantun lucu
    • tebakan lucu
    • kata lucu
    • cerita lucu
  • berita
    • berita unik
    • berita politik
    • berita artis
    • berita aneh
  • kesehatan
    • asam urat
    • kanker
    • jantung
    • hepatitis
    • ginjal
    • asma
    • lambung
  • gambar
    • gambar unik
    • gambar lucu
    • gambar aneh
    • gambar animasi
    • video lucu
  • hoby
    • burung
    • ikan
    • piaraan
  • contoh
    • surat lamaran
    • recount text
    • descriptive text
    • curriculum vitae
    • deskripsi
  • video
    • video lucu
    • video hantu
    • video polisi
    • video totorial
    • video panas
    • video lagu
  • blog
    • SEO
    • template
    • script
    • widget
    • backlink
    • imacros
  • komputer
    • excel
    • macro excel
Home » Cerpen Sedih » Lotus Kecilku - Cerpen Sedih

Lotus Kecilku - Cerpen Sedih

LOTUS KECILKU
Karya Crisesa Kinanti Ramadhanti

Lotus ini sudah abadi, abadi di peraduannya, satu persatu mahkota itu berhamburan dan hanyut dalam kedamaian. Lotus ini sudah lepas dari permainan logika dunia, ia tak lagi rapuh, ia sudah terbang bebas. Bebas, lepas dan tanpa batas. Lotusku kini sudah bahagia..
***

Langit ini masih dapat kulihat, matahari ini masih dapat kurasa, udara ini masih dapat ku hirup, dan bumi ini masih dapat ku pijak. Kurajut lagi asa ku di balik sketsa abstraknya kehidupan yang tak ku tahu kapan ku dapat merengkuh rasaku dan menggenggam serpihan hidupku yang sempat tercecer di sudut kelamku. Tertatih yang terkadang membuat ku merasa renta dan tak bernyawa menghadapi pahit manis kehidupan yang terkadang tak dapat ku deskripsikan. Memang hidupku tak seindah bunga lotus, yang menjadi primadona di genangan lumpur. Lotusku kini menjadi nafasku, nafas yang tak dapat ku sentuh, yang mungkin akan berhenti menjadi nafasku, saat lotusku tak lagi memesona.
***

Lotus Kecilku
Semburat keemasan memenuhi seluruh pandanganku, jam dinding seakan berteriak membangunkanku. Ya, itu pertanda hariku sudah memerintahkan tubuh kecil ini untuk mengaktifkan mesin-mesin dalam tubuhku dan kembali menjemput lotus-lotus yang sudah tak sabar untuk ku petik. Aku Andi si lotus kecil, banyak masyarakat disekitar rumahku menyebutku demikian karena pekerjaan ku, pencari lotus. Usiaku baru menginjak 5 tahun, namun kerasnya hidup mendesak ku mengeluarkan sudut kedewasaanku untuk tetap menikmati hidup yang sesungguhnya ku tak tahu apa kenikmatan hidup itu sendiri. Hanya rumah, mungkin tak dapat kusebut sebagai rumah, papan yang berdiri tegak yang hanya bertahtakan daun nira, lantai yang beralaskan tanah yang luasnya tak lebih dari 2x3 meter inilah sebagai tempat ku bernaung untuk menjalani, merasakan, dan memaknai hidup si pencari lotus cilik ini.

“Didi.. emak mau mencari lotus, kamu mau ikut tidak,? tanya nenekku yang ku panggil emak, karena dialah yang mampu mengalirkan kasih sayangnya begitu tulus tanpa mengharapkan balas budi bak seorang ibu sesungguhnya. Tak pernah ku tahu kemana ibu asliku, mungkin ia sudah mati, pernah ku membenci ibu asliku yang sekan tak peduli akan kehidupanku, tak mau bertanggung jawab akan diriku. Mungkin Tuhan akan membenci ibu karena telah menyianyiakan aku, Tuhan juga akan marah pada ibu yang hanya menikmati saat mengandungku namun setelah Tuhan menghembuskan nafas untukku, ibu seakan tak acuh terhadap tubuhku. Tapi biarlah, aku tak peduli pada ibu asliku. Emak lah yang kini menjadi surgaku, surga dunia yang dapat kurasa indahnya dengan nyata. Emak begitu menyayangi ku, kerutan-kerutan di wajahnya mulai menghiasi setiap sudut wajahnya, namun bagiku kerutan itu masih memancarkan kharisma yang tak kalah dengan ukiran patung karya para pemahat di Bali.
“Ikut mak, Andi mau cuci muka dulu” bergegasku mencuci mukaku, rasa segar menstimulasi ku untuk menatap hidup ku lagi, dan terhanyut pada fantasi-fantasi yang terkadang muncul menemani hari-hariku.
“emak, Didi bawa keranjangnya ya, emak gandeng tangan Didi yang satu lagi saja”
“Didi, Didi.. kamu sudah besar nak, tidak malu dilihat teman-temanmu?”
“Memang Didi punya teman mak? memang mereka mau berteman dengan Didi si pencari lotus?”
“Mengapa tidak Didi, mereka itu teman Didi, teman yang akan memberikan pelajaran hidup pada Didi!”
Masih ku tak mengerti apa maksud emak berkata demikian, masih susah bagiku untuk mencerna kalimat itu, seakan ada makna tersirat namun menyalinnya menjadi makna tersurat sangat pelik untuk ku lakukan, tapi, ya sudahlah, suatu saat aku pasti akan mengerti. Kembali ku menggandeng tangan emak sembari mendendangkan lagu yang sudah diajari emak.
***

“Emak, lotusnya banyak, Didi ambil disini ya, emak di sana!”
“Iya Didi!” seru emak.
Lincah ku langkahkan kaki dan tak sabar untuk memetik lotus-lotus liar ini. Banyak orang yang tak kenal apa lotus sebenarnya, lotus itu sebenarnya adalah bunga teratai yang mempunyai filsafat unik. “Lotus tumbuh dan berbunga indah di atas genangan lumpur, bukan berarti bunga lotus ini akan tenggelam dalam hitam kelamnya lumpur, melainkan lotus kecil ini dapat bertahan dan menjadi bunga indah diantara lumpur-lumpur.” Ku harap aku pun begitu.

Ku petik satu-persatu lotus kecil ku, sesungguhnya tak pernah kutahu apa sebenarnya kegunaan dari lotus-lotus ini, aku hanya memetik kemudian menjualnya dan mendapatkan kepingan rupiah, tak tahu kemana selanjutnya nasib lotusku ini. Lotus ini tak lain adalah sumber utama penghasilanku yang selalu mengalirkan rupiah demi rupiah untukku. Usia emak dan abah sudah tak muda lagi untuk mengambil pekerjaan yang berat, namun karena kerasnya kehidupan menuntutnya untuk tetap bertahan walau tubuhnya sudah mengisyaratkan kerapuhan yang mungkin akan hancur saat mendapat sedikit goncangan.
***

Tak terasa, matahari sudah bertahta diatas kepala ku dan memancarkan sinar kehidupannya, siang kini menggantikan pagi dengan lembaran barunya yang mengharuskan aku dan emak menjual lotus-lotus ini. Kami berdua biasa menjual lotus-lotus ini di sekitaran masyarakat kampung, mereka masih setia merelakan keping-keping rupiah mereka untuk kami agar dapat merasakan nikmatnya sesuap nasi yang bagiku tak jarang hanya menjadi imajinasi indah dalam hidupku. Mungkin orang bertanya-tanya mengapa aku tak sekolah, alasannya sangat jelas, himpitan ekonomi telah menghimpit segala dayaku, tak kuasa merenggangkan bagian yang sudah menyatu dengan pedihnya lembaran-lembaran kisah hidupku ini. Bukan tak mau mencoba meniti pendidikan yang telah sekian lama aku simpan di loker teratas dalam prioritas otakku, pendidikan kini menjadi hal yang mahal yang mungkin tak akan terjamah oleh anak-anak tak berpondasi ekonomi yang kokoh seperti aku ini. Apa mau dikata, besi ini kini sudah berkarat, hanya bisa kembali mengejang setelah dilebur kembali. Mungkin di kehidupan nanti yang masih menjadi misteri ini akan menceritakan kisah indah dunia pendidikan yang saat ini masih menjadi fatamorgana untukku.

Ejekkan dari teman-teman, ah mungkin tak pantas kupanggil mereka teman karena tak mungkin mereka mau berteman denganku walau hanya berbagi setitik tinta yang mungkin tak akan tetap pekat melekat pada lembaran cerita hidup mereka. Mereka mengabaikan ku yang seakan-akan hanya kerikil jalanan yang mungkin akan menyandung langkah indah mereka. Mereka tak jarang mengejekku dengan panggilan “si dekil pencari lotus” . Bukan amarah yang menghiasi kanvas parasku tatkala mendengar melodi perih mereka, melainkan hanya tawa kecil meluncur dari sudut bibirku yang mengartikan segala guratan dalam sukma ku. Mungkin, pernah ku mencoba untuk sembunyi, mengingkari segala nirvana yang terpampang jelas di hadapanku, lagi-lagi tak pantas untukku mengingkari garis tanganku.
***

“Emak, emak pernah gak membayangkan untuk hidup kedua kalinya, kalo dikasi hidup kedua kalinya emak mau jadi apa?” tanyaku sembari memijat kaki emak. “Manusia itu hanya hidup satu kali Didi, tapi kalo emak dikasi kesempatan hidup kedua kalinya emak mau jadi manusia lagi, manusia itu makhluk Tuhan yang paling sempurna walau tak ada yang sempurna di dunia ini, karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan semata. Tapi bagi emak, kesempurnaan itu adalah apabila kita memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat berbaur menjadi satu, itulah kesempurnaan yang sesungguhnya.” Aku tak mengerti, kata-kata itu masih terlalu bijak untuk anak seumuranku, aku hanya membalasnya dengan anggukan.

Emak kini sering sakit-sakitan, penyakit hipertensinya sering kambuh disaat waktu yang tidak tepat. Pernah saat kami sedang mencari lotus, emak tiba-tiba saja pingsan, aku sangat takut, ketakutan itu sudah menjalar disekujur tubuhku, hingga membuatku tak dapat melakukan apa-apa, bibir ini mengatup, mata ini menatap emak dengan pandangan kosong, aku serasa melayang diterbangkan hembusan angin saat melihat emak berbaring tak berdaya diatas genangan lumpur yang dihiasi lotus-lotus. Syukurnya ada Pak Adi yang dengan cekatan menolong emak saat ia sedang melintas di sekitar tempat kami mencari lotus, dan dibawanya emak pulang ke rumah bersamaku yang masih membisu. Abah tak kuasa melihat istrinya berbaring tak berdaya, abah sangat menyayangi emak, abah tetap tabah mengurusi emak dengan seluruh cinta kasihnya. Pandanganku nanar melihat emak yang sangat ku sayangi berbaring tak berdaya. Setelah sekian lama akhirnya aku tersadar dari lamunanku yang sempat membawaku kemana-mana, dan aku pun menangis sejadi-jadinya.
“Emak bangun, Didi sayang emak, Didi gak mau emak ninggal Didi, Didi hanya punya emak di dunia ini, Didi takut mak, takut.” Saat itu aku sangat membenci Tuhan, mengapa Tuhan memberikan cobaan yang sangat sulit kepada kami. “Tuhan jahat, Tuhan jahat sama Didi, Tuhan gak sayang sama Didi, jangan ambil emak Tuhan,” aku meronta, lepas kendali, begitu hancur serasa raga ini. “Didi masih kecil Tuhan, Didi gak mau ditinggal sama emak untuk kedua kalinya!” teriakku kepada Tuhan. Tiba-tiba tangan lembut menghempas air mataku, “Didi lotusku, kamu jangan nakal nak, Tuhan sayang sama Didi!” kata emak yang sudah tersadar. Aku makin menangis sejadi-jadinya, aku luluh di pelukan emak.
“Didi sayang emak!”
“emak juga sayang Didi!” kata-kata itu mampu memenangkan ke kalutan ku. Akhirnya, aku terlelap di dekapan emak, aku kembali melanjutkan imajinasi-imajinasi ku yang sempat terhenti, membawa ku semakin dalam, menyelam dalam lautan fantasi dan terlelap.
***

Kupicingkan mataku, sinar mentari menggelitik mataku, membangunkanku dari tidur lelapku. Ternyata emak sudah tersenyum melihatku, ku kecup kening emakku. Aku bahagia, Tuhan belum mengambil emak. Bahagia dan sangat bahagia.
Aku mempunyai celengan ayam yang dulu dibelikan abah untukku, celengan itu kugunakan untuk menabung. Entah sudah berapa banyak uang receh memenuhi celengan itu. Berat terasa saat aku mengangkatnya, kurasa itu sudah cukup untuk membelikan emak obat dan sehelai selimut, karena tak ada satu selimut pun yang melapisi tubuh emak, tak jarang emak merasa kedinginan disaat hujan. Kubulatkan tekadku untuk memecahkan celengan itu dan..prakkkkkkk.. uang receh berserakan dimana-mana. Kupunguti satu-satu hingga tak ada keping yang tertinggal.

Senandung yang sekiranya muncul dari mulutku ini menemani ku menuju apotek untuk membelikan emak obat dan selimut. Aku bahagia, serasa tak pernah aku merasa sebahagia ini. Aku sudah membawa uang receh ku dan kutaruh uang itu di kantung kecilku. Aku berniat setelah membeli obat dan selimut, aku akan mencari bunga lotus, bukan untuk ku jual, melainkan untuk ku berikan kepada emakku tersayang. Sejak dulu tak pernah setangkai lotus pun ku berikan kepada emakku, hari inilah waktu yang tepat untuk memberikan lotus ini untuk emak.

Setelah mendapat obat dan selimut, segera ku menuju ladang lotus. Aku mencari lotus terbaik untuk ku berikan kepada emak. Ku petik 5 batang bunga lotus dan desiran angin menuntunku kembali ke rumah.
Aku sengaja tak memberitahu emak kalau aku membelikannya obat dan selimut, aku ingin memberikan kejutan untuknya. Ku melihat emak berbaring di atas tempat tidur, damai, sangat damai, senyum kecil mencuat dari bibirnya, namun ia tak berkata apa-apa. Diam dan damai. Aku tak mau membangunkan emak, aku menaruh obat di atas meja dan ikut berbaring di samping emak sambil menyelimuti tubuh kami berdua dengan selimut baruku. Kami berdua tertidur lelap, sangat lelap, damai, dan….. abadi selamanya dipelukan Sang pencipta dengan ditemani lotus-lotus yang bertaburan.
***
THE END

PROFIL PENULIS
Namaku Crisesa Kinanti Ramadhanti. teman-temnaku biasa memanggilku SESA atau CRIS.Aku sisiwi kelas X SMA N BALI MANDARA di Prov. Bali. hobi menulis cerpen baru kutekuni semenjak SMP tapi masa SMA dimana aku semakin serius menciptakan cerpen.AKu anak ketiga dari 3 bersaudara. ada seseorang yang menginspirasi ku untuk membuat cerpen yakni teman spesial ku ARYA AGUS. thanks have given me inspiration. semoga cerpen ini bisa menginspirasi ya :)
Alamat facebook saya: CriSesa KeyNanthi

No. Urut : 1103
Tanggal Kirim : 24/05/2013 6:13:53

 Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.
Ditulis oleh Unknown, Senin, 01 Juli 2013 13.21- Rating: 4.5

Judul : Lotus Kecilku - Cerpen Sedih

Deskripsi : LOTUS KECILKU Karya Crisesa Kinanti Ramadhanti Lotus ini sudah abadi, abadi di peraduannya, satu persatu mahkota itu berhamburan dan ha...
keyword :Lotus Kecilku - Cerpen Sedih, Cerpen Sedih
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Postingan Populer
  • Cinta Antara Adik dan Kakak Kelas - Cerpen Romantis
    CINTA ANTARA ADIK DAN KAKA KELAS Karya Himatul Aliah Suatu hari dimana semua orang sudah terbangun dan bersiap-siap untuk memulai akt...
  • Sepasang Bidadari - Cerpen Ibu
    SEPASANG BIDADARI Karya Albertus Kelvin Namaku Mitsuko. Hari ini aku masuk sekolah seperti biasa. Ditemani oleh awan yang mendung dan...
  • Daun daun Pun Berguguran - Cerpen Cinta Remaja
    DAUN-DAUN PUN BERGUGURAN Karya Beatrix Intan Cendana Hari ini tepatnya musim gugur yang bagiku cukup menyejukkan, mungkin tak seperti...
  • Tiga Bulan Berujung Tangis - Cerpen Sedih
    TIGA BULAN BERUJUNG TANGIS Karya Khanissa Aghnia Afwa Namaku Ifha Dwi Ashilla, singkatnya Ifha. Aku seorang murid kelas 11 di SMA Negeri Ban...
  • Senja Pengusir Cahaya - Cerpen Cinta
    SENJA PENGUSIR CAHAYA Karya Atep Maulana Yusup Sabtu malam yang panjang dan sulit. Bagaimana tidak, aku di percaya untuk bicara langs...
  • Boneka Beruang dan Sepeda Butut - Cerpen Persahabatan
    BONEKA BERUANG DAN SEPEDA BUTUT Karya   Radifa Farah Putri berjalan lesu sepulang sekolah. Ia sangat tersinggung dengan perkataan Sarah keti...
  • Pelangi di Malam Hari - Cerpen Cinta Romantis
    PELANGI DI MALAM HARI Karya Elisabeth Cecilia Setiap nafas yang kurasakan aku selalu merindukan pelangiku, selalu mencari-cari segalanya yan...
  • Berhenti Mencintaimu - Cerpen Cinta
    BERHENTI MENCINTAIMU Karya Mellysaurma Aku terlarut dalam lagu Tak sanggup lagi(Rosa) yang mengalun begitu lembut. Begitulah kiranya ya...
  • Kumpulan Cerpen Remaja Part III Update 2013
    Cerpen Remaja - Banyak Cerpen Remaja yang sahabat Loker Seni Kirimkan ini bahwa menandakan dunia fiksi di Indonesia ini sangat berkembang ...
  • Jangan Melihat Buku Dari Sampulnya - Cerpen Motivasi Remaja
    JANGAN MELIIHAT BUKU DARI SAMPULNYA Karya Mahendra Sanjaya Hi.. perkenalkan, namaku Mahendra Sanjaya. Teman-teman biasa memanggilku Jaya. Ak...

Info mbahbejo © Lotus Kecilku - Cerpen Sedih