PENYESALAN UNTUK SELAMANYA
Karya Syarifah Nadia
“apa lagi? Buat apa kau menemuiku lagi? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kita ga bakal ketemu lagi” tanya aku sinis setibanya dia
Wajahnya mendadak memelas, seperti meminta aku untuk memaafkannya. Tapi aku tak peduli, rasa sakit hati dan kecewa ku mengalahkan cinta dan kasihanku padanya.
“maafkan aku, aku menyesal” dia mengatakan hal yang sudah bosan kudemgar.
“untuk apa? Mengapa baru sekarang kau sesali semua ini? Terang saja aku bosan mendengar maaf dan sesalmu itu” aku menjawab dengan acuhnya
“Ayra, kumohon maafkan aku.”
“tak ada yang perlu dimaafkan, aku sudah memaafkanmu dari pertama kau mengecewakanku”
“benahkah itu?”
 |
Penyesalan Untuk Selamanya |
Aku mengangguk mengiyakan, kuharap ini semua cepat berakhir, dan semoga tak pernah lagi kutatap wajah yang memuakkan itu.
“kau tak memaafkanku, aku tau sifatmu.”
“kalau kau sudah mengetahuinya buat apa kau bersusah payah meminta maaf?”
“bagaimana caranya agar kita bisa seperti dulu lagi? Aku mencintaimu Ayra”
“dulu? itu hanya masa lalu Raka. Semua itu sudah tak akan terjadi lagi”
Aku menaikkan nada suaraku sehingga membuatnya diam, namun sorot matanya meminta untuk dikasihani.
“sudalah, jangan menatapku seperti itu. Aku takkan jatuh ke lubang yang sama, aku takkan jatuh lagi ke dalam hidupmu”
Dia hanya diam seraya mendengarkan luapan emosiku. Terbesit lagi bayangan dia yang sedang bermesraan dengan gadis SMA dalam sebuah mobil diparkiran mall terkenal di Jakarta. Semua itu membuat hatiku hancur lagi, aku kembali menjadi kepingan piring pecah. Sering kali ku berandai agar semua itu berlalu bersamanya angin, hangus bersama api kemarahanku. Tapi aku terlalu lemah untuk itu.
Aku menyadari diriku yang masih mencintainya, mencintai Raka yang sudah 3 tahun terakhir menjadi alasanku menghebuskan nafas, menjadi pemilik hak penuh atas rinduku juga cintaku. Butuh waktu yang lama untuk bisa melupakannya, namun di tengah perjalanan dia hadir lagi dengan membawa kata maaf dan menyesal, jelas itu mencairkan hatiku, mencairkan rasa emosi, kecewa dan rasa rinduku.
Selama ini aku memaki, mancemooh dan juga menghujatnya dengan kata kata kasar. Namun sesungguhnya itu sangat menyiksaku. Bagaimana mungkin aku memaki orang yang kucintai? Meskipun dia telah menoorehkan kekecewaan.
Sempat terbesit ingin kembali dalam pelukannya, mengulang semua yang pernah kulalui saat bersamanya, kembali menjadi pemilik bahunya. Tapi aku kembali kepada kenyataan, wajah gadis itu masih saja menjadi perusak semua anganku. Aku takkan pernah kembali lagi padanya, sekuat apapun dia berusaha, sekeras apapun dia meminta.
Kuarahkan pandangan ke wajahnya. Kulihat air bercucuran dari wajahnya. Matanya sembab. Inilah pertama kalinya dia menangis dihadapanku, apakah ini tipu dayanya?
“Raka, kau menangis? Ini pertama kalinya kau menangis dihadapanku. Sudahlah, tak ada guna kau menangis. Takkan mengubah keputusanku. Menghilanglah dari hidupku”
“jika itu yang kau mau, baiklah aku akan menghilang”
“bagus, menhilanglah untuk selamanya dan jangan pernah kembali”
“iya, selamanya”
Mendengar itu, aku langsung pergi meninggalkan tempat itu. Terbesit rasa bahagia karena berhasil menyakitinya. Aku berharap dia benar benar pergi.
Tak ada lagi komunikasi dengan Raka, aku tak pernah lagi mendengar kabarnya. Dia benar-benar menepati janjinya.
Aku menjalani hari-hari ku seperti biasa, aku lulus kuliah dengan nilai cumlaoud. Dan aku diterima di perusahaan terkemuka yang memang menjadi mimpiku sejak dulu. namun bukan berarti tak ada lagi Raka, dia masih saja dihatiku, menemani setiap malamku apalagi ketika ku dengar lagu Dealova. Iya, lagu itu sangat bersejarah dalam hubungan kami. Dia menyanyikan lagu itu saat dia menyatakan perasaannya kepadaku. Memang benar kata orang, lagu itu memiliki kenangan tersendiri bagi perdengarnya
Entah mengapa aku merindukan kembali sosok Raka, aku terkadang iri melihat teman-temanku bersama kekasihnya. Bukan tak ada cinta yang mendekat, tapi hatiku masih dimiliki Raka.
“jodoh ditangan tuhan” selalu itu yang membuatku betahan. Aku yakin akan mendapatkan seseorang yang ditakdirkan Tuhan untukku, seseorang yang akan mengaku akulah tulang rusuknya yang hilang.
Pagi itu, saat aku hendak bekerja handphone ku bergetar. Nomor asing yang masuk, firasatku mengatakan itu telepon penting sehingga kuangkat.
“ayra”
“iya, ini siapa?”
“ini mami nak”
“maminya Raka?”
“iya, mami ingin mengajakmu keluar, adakah waktumu?”
Aku terkejut mendengar suara yang tak asing bagiku, aku mencoba menahan emosiku agar tak meluap kepada mami”
“mau kemana?”
“lihat saja nanti, kau akan suka”
Mami, iya aku memang memanggilnya mami karena dia sendiri yang menyuruhku. Dia yakin betul aku akan menjadi menantunya saat itu.
“ini ada surat untukmu, dari Raka”
Aku terpaksa mengambil surat yang disodorkan oleh mami. Kubuka dan kubaca
To mydear
Ayra
Sayang, maaf jika dengan surat ini aku kembali melukaimu. Aku hanya ingin minta maaf atas perlakuanku di mobil waktu itu. Dia itu sepupuku yang sengaja kuminta untuk melakukan rencana tersebut. Aku memang sengaja melakukannya karena aku tak ingin kau menyesali kepergianku. Iya sayang, aku sakit dan waktuku sudah tak lama lagi. Saat terakhir kali kita bertemu aku menangis karena aku tau aku akan pergi dan tak bisa lagi menjagamu. Kini aku patuhi janjiku, aku pergi dan menghilang selamanya sayang, kupenuhi janjiku. Maafkan aku atas kejadian itu , maafkan aku atas kepergianku yang begitu cepat. Jangan teteskan air matamu sayang, aku selalu bersamu, Ich liebe dich
lovely
Raka
Dibaliknya
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yg mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Oh karena hati tlah letih
Aku ingin menjadi sesuatu yg selalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati
Oh bayangmu seakan-akankau seperti nyanyian dalam hatiku
yg memanggil rinduku padamu
seperti udara yg kuhela kau selalu ada
hanya dirimu yg bisa membuatku tenang
tanpa dirimu aku merasa hilang
dan sepi, dan sepi
Air mataku mengalir seperti air hujan, hatiku kacau seperti riak ombak. Penyesalanku membanjiri benakku. Menyesal karena dipertemuan yang terakhir aku malah memakinya bahkan menyuruhnya menghilang. Dia memenuhi janji meninggalku untuk selamanya. Kini tinggal air mata penyesalan.
PROFIL PENULIS
Nama : syarifah nadia
Tempat tanggal lahir : Lhokseumawe, 15 Mei 1996
Sekolah : SMA Lazuardi GIS Depok
Seorang gadis yang suka menshare karya melalui blog :)