Lukisan Senja - Cerpen Persahabatan

  • mbahbejo
  • kata
    • kata lucu
    • kata bijak
    • kata mutiara
    • kata cinta
    • kata gokil
  • lucu
    • gambar lucu
    • pantun lucu
    • tebakan lucu
    • kata lucu
    • cerita lucu
  • berita
    • berita unik
    • berita politik
    • berita artis
    • berita aneh
  • kesehatan
    • asam urat
    • kanker
    • jantung
    • hepatitis
    • ginjal
    • asma
    • lambung
  • gambar
    • gambar unik
    • gambar lucu
    • gambar aneh
    • gambar animasi
    • video lucu
  • hoby
    • burung
    • ikan
    • piaraan
  • contoh
    • surat lamaran
    • recount text
    • descriptive text
    • curriculum vitae
    • deskripsi
  • video
    • video lucu
    • video hantu
    • video polisi
    • video totorial
    • video panas
    • video lagu
  • blog
    • SEO
    • template
    • script
    • widget
    • backlink
    • imacros
  • komputer
    • excel
    • macro excel
Home » Cerpen Persahabatan » Lukisan Senja - Cerpen Persahabatan

Lukisan Senja - Cerpen Persahabatan

LUKISAN SENJA
Karya   Syasmul Bahari

“boleh aku berbicara padamu?”
Sahabatnya bertanya.
Sore itu langit dilukis dengan campuran warna merah dan kuning keemasan. Azam ingin terbang ke bola atom raksasa itu dengan sayap cahaya yang indah, tapi persengkokolan antara sakit memaku dirinya pada sebuah kursi mekanis beroda, mematahkan keinginananya untuk menjelajahi cakrawala. Penyakit yang diidapnya menjadi penghalang untuk menjadi kasatria yang tangguh. Kebahagiaan yang dulu setia mendampingi, kini telah pergi jauh, jauh sekali…. Ia hanya bisa duduk dengan kursi roda tua, yang terlihat sandaran kursinya yang sobek-sobek kecil. Yang dulu ia dikenal sebagai laki-laki idaman di sekolah dengan puluhan teman perempuan maupun laki-laki. Kini cerita itu seperti dongeng yang lalu, temannya satu per satu menjahuinya dengan semua keadaanya sekarang.
“aku minta maaf”

Lukisan Senja
Sahabatnya yang berjongkok itu bernama furqon, anak muda yang menjadi tempat amarahnya diwaktu ia sekolah dahulu, yang kini hadir dalam suasana hati terkoyak dengan semua terjadi. Sahabatnya itu hanya bisa menggeggam tangannya yang kurus kering yang tinggal kulit pembalut tulang, muka yang pucat pasi, bagai cendawan dibasuh, matanya pudar tak bercahaya lagi, sangat lemah lunglai kelihatanya, sehingga menggerakkan jarinya tak kuasa rupanya. Sebentar-sebentar terdengar bunyi sesak dan batuk. Akan tetapi dilihat dari pipi yang sudah kempis itu masih tampak terbayang juga tanda penyelesalan dan kelemahananya yang telah ia perbuat pada sahabatnya, yang kini menjadi pelita bagi hidupnya.
“aku, minta maaf dengan semua dosaku padamu, kedatanganku kesini hanya minta maaf, dan juga mohon do’a restumu”

Sahabatnya itu menggenggam erat tangannya dan menciumnya.
“besok aku akan pergi untuk kurun waktu yang lama, aku akan melanjutkan sekolah diluar sana. Aku mendapatkan beasiswa dari sekolah” linangan air mata tak terbendungi membasuhi pipi sahabatnya itu.
Tak ada yang lain pikirannya, hanyalah bagaimana dia bisa turun dari kursi roda itu seperti semula dan dapat melihat sahabat pelitanya itu sukses atau sampai kapan tuhan akan membiarkan dia tak berdaya, lemah ini secepatnya akan pergi untuk selamanya. Lalu anak sakit itu gelisah, mengerang-erang karena kesakitan. Furqon dengan segera berdiri denagn cemas lalu membisikkan azam dengan lemah lembut “apa yang tak baik, zam? Tempat duduk? Sandaran? Atau hendak makan, minum?”
Azam hanya menggelengkan kepalanya, sambil mengerutkan dahinya.

Congkak dan sombongnya, angkuh dan tinggi hatinya dahulu tak ada lagi, sekarang yang tampak kemurungan dan sesal yang tak habis-habisnya.
“mengapa secepat ini?” sahut azam menundukkan kepalanya.
“aku hanya sebentar, aku pergi bukan untuk main-main, tapi untuk mengejar cita-citaku. Setelah kembali nanti, aku akan langsung menemukan kau, zam”

Azam terlihat sangat terpukul karena kepergian furqon, ia merasa akan kesepian yang tak berkesudahan setelah sahabtanya pergi jauh dan entah kapan kembali
“menapa menangis? Aku tak akan lupa padamu zam, aku akan ingat selalu padamu. Engkau merasa kesepian? Disini ada bule, ibumu, dan temanmu yang akan menghiburmu, zam”

Azam tak bisa melakukan apa pun. Dia hanya bisa menggenggam tangan sahabatnya sangat erat, ia tak menginginkan furqon untuk pergi.
“mengapa tuhan membiarkan aku tak bedaya seperti ini, tuhan memang tak adil padaku, aku ingin sembuh, ingin sembuh”
Tanpa pikir apa pun furqon sahabatnya memeluk dengan erat dengan penuh kasih sayangseorang sahabat, linangan air mata mereka pun tak dapat ditahan membasuhi pipi.
“jangan bicara seperti itu zam, kau pasti sembuh, pasti sembuh…. Kau pasti akan melihatku pulang nanti tidak dengan roda lagi zam, aku akan bawak prestasi yang bagus zam, hanya untukmu… kau harus sembuh zam..”
Suasana sunyi sepi, hanya terdengar tangisan mereka, kicau burung pun tak terdengar. Suasana menjadi pecah bela, bak karang dihantam ombak lautan yang besar nan elok dan indah.
****

Hari itu pun tiba.
Pagi yang amat cerah, cuaca terang, langit pun jernih. Burung-burung beterbangan, sambil berbunyi-bunyi dengan riangnya. Ditengah laut yang luas dan tenang itu tampaklah karang-karang yang asik bergurau dengan ikan-ikan yang cantik. Semua alam kelihatan girang dan gembira menyambut kedatangan furqon melangkah kerumah sahabatnya azam.
“assalamualaikum?”
“waalaikumsalam” sahut ibu azam tengah menjahit baju yang sobek.
“azamnya ada bu le?”
“ada nak, masuk lah!”
Kepergian furqon sangat membuat azam terpukul, terbilang dari ia sakit hingga sekarang, hanya furqon yang rajin mengunjungi dan selalu member semangat pada sahabatnya yang sedang sakit.
“bagaimana kabarmu zam?” Tanya sahabatnya furqon membungkukkan badannya

Azam hanya diam, dia tak menggerakkan apa pun darinya. Kedatangan furqon membuat ia sangat terpukul. Ia berharap furqon tak datang jka hanya membawa kabar buruk ini.
“bu le, saya bisa bawak azam keluar sebentar, sekedar melihat-lihat lautan?”
“ya sudah, ndak apa-apa, hati-hati”

Kesetiaan ibunya sangat luar biasa, siang, malam, pagi dan sore ibunya merawat dan menyayangi azam dengan kasih sayang. Begitu pun dengan furqon, ia merasa kasih sayang ibu azam sama halnya dengan ibunya sendiri. Tapi sayang, ibu azam tak mengetahui sam sekali maksud kedatangan furqon kali ini, yang ingin pamit pergi dalam waktu yang cukup lama untuk meneruskan pendidikannya. Terlihat di tepi pantai yang amat indah, bak syurga buatan yang mengalirkan ombak kecil dan buih-buih yang halus, tampak furqon yang berdiri diatas batu besar dan azam duduk tak berdaya diatas kursi rodanya.
“maaf, kedatanganku kali ini membawa kabar yang tak enak bagimu, aku sangat tak tahu harus memilih yang terbaik diantara ini. Aku begitu menyayangi keluargaku, ibu dan ayahku, aku juga menyayangi sahabat terbaikku, aku juga menyayangi ibunya sahabatku yang sudah kuanggap ibuku sendiri yang sangat baik padaku. Tapi, disisi lain, aku harus pergi meninggalkan semuanya.” Tutur furqon yang menoleh kelaut yang luas.
“pergi lah, jangan pikirkan aku dan ibu. Aku akan baik-baik saja” terdengar ucapan sangat pelan dari mulut azam.

Furqon pun terdiam mendengar kata-kata azam, bak kata semangat yang luar biasa dari sahabatnya, walau dalam hatinya sangat terkoyak. Furqon tersenyum manis dan memeluk azam dari belakang.
“aku ingat waktu sekolah dulu, kau adalah laki-laki yang diidolakan setiap orang, engkau tampan, gagah. Aku juga ingat kau menjahiliku disudut sekoalh dengan teman-temanmu. Kau mencoretku dengan spidol hitam seperti badut, bajuku juga seperti orang gila”
Azam mencoba untuk tersenyum, tetapi dibalik senyumnya itu, tampak kekuatannya sudah habis. Diraba-raba kepala sahabatnya, dan setelah itu dapat, air matanya pun berlinang jatuh mengalir disela-sela matanya.
“aku berjanji demi sahabatku, jika nanti aku pulang, aku kan bawa engkau kenangan yang banyak dan aku juga kan cerita pengalamanku disana. Nanti aku akan cerita pada teman baruku, bahwa aku punya sahabat yang sangat gagah, sangat baik, sangat kuat. Namanya azam?”

Air mata azam tak terbendungi mendengar kata-kata furqon, tubuh azam lemas tak berdaya, tangannya pun terhempas kedadanya dari atas kepala furqon. Dan dengan lemah lembut azam berkata:
“aku ingin menjelajahi matahari, aku ingin mengarungi laut yang luas bersama sahabatku, aku akan menunggu kepulanganmu fur, agar engkau dan aku bisa pergi ke sana.”
Terkoyak sudah hati furqon, karang, laut, ikan, dan pasir pun ikut terkoyak mendengar azam yang sangat tak berdaya. Furqon menggenggam tangannya, ia tak ingin menangis, tangisannya hanya membuat luka pada hatinya dan sahabatnya. Dia mencoba untuk tegar, bagaikan sebuah karang yang besar dihantam ombak besar, namun kekuatannya begitu lemah menahan guncangan ombak.
“aku berjanji, demi laut, karang, ikan… jika aku pulang nanti, aku akan menjelajahi dunia bersama sahabatku, azam.”
Kata terakhir itulah yang menjadi perpisahan kedua persahabatan anak muda tersebut. Walau hati terasa terkoyak, namun mencoba untuk tegar, walau kian hari kian merana. Keberangkatan furqon terasa hampa, karena sahabatnya yang sakit itu tak dapat melihat kepergiannya, begitu pun sebaliknya dengan azam. Suka cita terlihat dari raut wajah keluarga furqon, namun berbeda dengan furqon, ia merasa bersalah meninggalkan sahabatnya yang sedang sakit.
***

Tiga tahun setelah itu….
Keadaan laki-laki sakit yang duduk dikursi roda itu tak Nampak perubahan untuk sembuh, tetapi ia tak pernah putus asa. Azam selalu duduk dimuka pintunya demi menanti kedatangan sahabatnya yang entah dimana ia bersekolah. Walau azam tak mengetahui keberadaan furqon, namun furqon selalu mengirimkan surat untuk sahabatnya azam. Terlihat suatu pagi yang amat cerah, langit tampak bersih, ibunya sedang membacakan serangkai surat dari sahabatnya furqon.
Untuk sahabatku azam
Assalamualaikum,..
Apa kabar sahabatku azam yang tampan? Semoga engkau sekarang telah turun dari kursi rodamu, ya? Aminn. Oh iya, bu le ku bagaimana kabarnya, zam? Semuanya bagaimana? Semoga sehat selalu iya? Kabarku disini baik-baik saja, engkau jangan pikirkan aku zam.
Zam, disini aku banyak mendapatkan teman yang pastinya baik-baik, tetapi sayangnya engkau tak ada disini. Oh, iya kemarin juga aku sempat bercerita pada mereka mengenai dirimu, zam. Ternyata mereka sangat suka dengan sosok dirimu. Sahabatku azam, mungkin aku tak kan lama lagi akan pulang. Aku ingat, ketika pulang nanti, akan ceritakan semua pengalamanku di sini. Dan aku ingin mengajakmu menjelajahi matahari dan laut. Jaga dirimu dengan baik sahabatku azam… tunggu aku ditempat yang telah kita janjikan…
Wassalamualaikum,…
Sahabatmu.
Furqon.
Azam mencoba menahan air matanya agar tak mengalir dipipinya. Tapi, apa dayanya azam, siapa yang tak menangis mendengar isi kalimat itu. Ibu azam pun tak bisa menahan air matanya sehingga ia pun menangis dengan harunya. Berita furqon membuat hati azam sedikit enakkan, karena tak lama lagi sahabatnya akan pulang. Tetapi, azam merasa sedih, karena tak bisa melihat kedatangan sahabatnya karena perasaan ia tak enak, karena tak bakalan lama lagi dirinya dipanggil tuhan.
“ada apa nak? Mana yang sakit? Tanganmu? Kepalamu?”

Ujar ibunya melihat azam gelisa kesakitan. Lalu ibunya membawa azam ke dalam kamar.
“bu..?”
“ada apa le?”

Azam mencoba untuk bercerita pada ibunya.
“nanti, apabila aku tak sempat melihat kepulangan furqon, karena aku lebih dulu dipanggil tuhan, tolong sampaikan pada furqon, aku sangat berterima kasih padanya, ia telah menjadi energy kehidupan untukku. Mohon maaf jika nanti janjiku padanya untuk menjelajahi dunia tak dapat kulakukan bersamanya, karena aku akan pergi meninggalkannya”

Tampak benar kehancuran hati ibunya mendengar ucapan anaknya itu. Pada pikirnya azam tak sanggup lagi menahan sakit yang dideritanya.
“ah, itu jangan dikenang-kenang nak, tak baik?” ujar ibunya dengan hati yang hancur luluh “hilangkan semua pikiran buruk itu, kamu pasti sembuh nak?”
Tangisan pun tak tertahan lagi, entah apa yang menjadi perasaan ibunya kini, hatinya terlebih dari terkoyak dengan semua ia rasakan.

Hari demi hari, azam selalu menanti kedatangan sahabatnya furqon. Dan akan menanti janjinya untuk terbang ke angkasa dan kelaut jingga. Tak bosanya azam selalu bertanya pada ibunya. Kapankah furqon akan pulang?
“mana furqon? Apakah dia telah pulang?”
“sebentar lagi nak! Masuk lah, kita menunggu didalam kamar saja?”
Kata-kata itu lah yang selalu diucap ibunya, kerap kali azam menanyakan kedatangan furqon.
***

Pada suatu pagi, dua tahun setelah azam menerima sepucuk surat dari sahabatnya furqon,kira-kira pukul Sembilan, sedang panas mulai hangat, sedang ramai orang dipekan, sedang sunyi tengah jalan, tampak seorang anak muda dengan membawa tas hitam disandanganya. Dengan muka yang berseri-seri itu berjalan secepat-cepat langkahnya, menuju rumah ada dipinggir pantai. Anak muda itu ialah furqon yang baru saja pulang dari kuliahnya yang sangat jauh, entah dimana tempatnya.
Alangkah suka cita hatinya, pulang kehalaman kampungnya. Tentunya ia akan menemukan azam sahabatnya, ia telah berjanji sepulang dari sana akan menjelajahi cakrawala dan lautan yang luas dan indah. Furqon terlihat heran, seringkali ia menoleh kehulu dan kehilir, karena tak Nampak seorang pun yang ditemuinya. Setengah perjalanan ia bersua seorang ibu yang pulang dari melayat..
“assalamualaikum?”
“waalaikumsalam”
“dari mana bu?” Tanya furqon cepat
“melayat” jawab ibu itu
“melayat? Siapa yang mati?” Tanya furqon dengan darah berdebar
“disana?” jawab ibu itu sambil menunjukkan jarinya kearah hilir
“siapa namanya?” Tanya furqon tergopoh-gopoh
“Tanya saja kesana!” kata ibu itu pula, lalu melarikan dirinya.

Darahnya semakin berdebar, hatinya semakin tak enak, mukanya menjadi murang. Tanpa piker panjang lagi, lalu ia berjalan begelut-gelut menuju rumah sahabatnya azam. Disana ia akan dapat keterangan siapa yang mati itu, beberapa saat ia berjalan, sampailah dihalaman rumah azam. Alangkah terkejutnya orang ramai-ramai. Perempuan-perempuan penuh berdiri dikeranda dengan membawa kembang dan tikar. Diantaranya terdengar juga suara bu le nya dengan nyata menyebut-nyebut nama azam. Sesudah itu, terdengar pula olehnya suara ibunya berseru:
“ya allah! Itu dia anakku furqon telah dating! Sudah terlambat nak!azam sudah pergi?”

Hamper-hampir si furqon jatuh kebumi, karena tiba-tiba kepalanya menjadi pening dan pemandangannya berputar-putar. Ada beberapa lamanya ia dalam hal demikian. Kemudian berangsur-angsur pikirannya tenang kembali. Setelah ingatannya kembali, furqon belari seperti orang gila menuju ke sana. “azam” serunya sepanjang jalan menyerbu kedalam kerumunan orang banyak itu dengan membawa tas hitamnya. Ia pun rubuh tertimpa pada sisi kubur, yang baru saja sudah ditimbuni orang, dan baru pula talkinnya habis dibaca.
“mengapa engkau pergi secepat ini zam, mengapa aku pulang harus mengantarkan engkau kesini, bukannya kita sudah berjanji akan menjelajahi matahari dan laut sepulang aku dari kuliah, sekarang aku sudah disini zam, bangun kita pergi sekarang, bangun zam…..”
Furqon tak kuasa menangis dengan kerasnya mengingat kepergian sahabatnya. Ibu dan ayahnya pun segera datng menolong. Anak muda itu diangkat ketempat yang teduh. Akan tetapi, tiba-tiba furqon mengusir orang itu disekitarnya tak lebih adalah orang tua ia sendiri, namun ia tak mengetahuinya.

Ia membuka tas hitam yang di sandangnya. Tak ada yang mengira, furqon mengeluarkan papan nama yang sangat cantik dengan tulisan nama sahabatnya azam, yang sengaja ia pesan saat ia kuliah dulu. Dan ia pun menunjukkan poto-potonya ditempat ia kuliah bersama teman-temanya.
“ini, aku bawa janjiku untukmu, baguskan ada nama kamu zam, aku pesan hanya untukmu, aku juga bawa poto teman-temanku disana yang mengagumi dirimu zam, bangun zam, bangun… ini kubawa untukmu”
Dalam tangis bersedih-sedih itu, ia menghentam-hentamkan tanah, sambil mencabut-cabut rumput. Furqon pun terbaring pingsan dan langsung diangkat oleh orang tuanya dan langsung dibawa puulang. Dan terlihat sekali-kali furqon dating ke tempat terakhir mereka bertemu, sebelum furqon berangkat kuliahnya.
Beberapa hari sesudah itu,

Pada sore itu, tampak anak muda yang duduk dan memegang kepala nisan azam. Ternyata anak muda itu sahabatnya, furqon.
“apa kabar, zam?, maaf kali ini aku dating bukan untuk pamit pergi, tapi, aku datang untukmu. Kini janji kita tinggal kenangan, aku akan menjelajahi cakrawala dengan seorang diri. Kini aku telah mencapai cita-citaku zam, sarjanah adalah cita-citaku, itu semua berkat engkau zam, tapi saying, engkau taksempat melihat ku pakai baju sarjanaku. Aku menyayangimu zam, kau adalah sahabat terbaikku. Dulu, kau sering kali menjahiliku waktu sekolah, kini telah menjadi kenangan, aku bangga padamu zam, kau memang yang terbaik. Walau dunia kita berbeda, engkau akan tetap diduniaku, selamat jalan sahabat, semoga engkau tenang dialam sana, aku akan selalu mengingat dan menyayangimu. Tunggu aku disana, kita akan menjelajahi alam syurga bersama”

Takdir memang tak ada yang mengira, begitu pun dengan azam dan furqon. Tangis furqon selalu membasuhi nisan azam. Kecintaan furqon pada sahabatnya sangat besar, bak matahari selalu memberi energy sinar. Furqon terbaring memeluk diatas tanah kuburan azam. Dari kejahuan matahari senja, laut dan anak muda itu tampak seperti lukisan. Lukisan senja. Sangat indah. SEKIAN

PROFIL PENULIS
NAMA: SYAMSUL BAHARI
TEMPATTANGGAL LAHIR: SENGETI, 15 BJUNI 1994
ALAMAT: SENGETI, RT 02 KEC. SEKERNAN KAB. MA. JAMBI PRO. JAMBI
AGAMA: ISLAM

ALAMAT FACEBOOK: semalyanto@yahoo.co.id

Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.
Ditulis oleh Unknown, Sabtu, 22 Juni 2013 11.14- Rating: 4.5

Judul : Lukisan Senja - Cerpen Persahabatan

Deskripsi : LUKISAN SENJA Karya   Syasmul Bahari “boleh aku berbicara padamu?” Sahabatnya bertanya. Sore itu langit dilukis dengan campuran warna merah ...
keyword :Lukisan Senja - Cerpen Persahabatan, Cerpen Persahabatan
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Postingan Populer
  • Cinta Antara Adik dan Kakak Kelas - Cerpen Romantis
    CINTA ANTARA ADIK DAN KAKA KELAS Karya Himatul Aliah Suatu hari dimana semua orang sudah terbangun dan bersiap-siap untuk memulai akt...
  • Sepasang Bidadari - Cerpen Ibu
    SEPASANG BIDADARI Karya Albertus Kelvin Namaku Mitsuko. Hari ini aku masuk sekolah seperti biasa. Ditemani oleh awan yang mendung dan...
  • Daun daun Pun Berguguran - Cerpen Cinta Remaja
    DAUN-DAUN PUN BERGUGURAN Karya Beatrix Intan Cendana Hari ini tepatnya musim gugur yang bagiku cukup menyejukkan, mungkin tak seperti...
  • Tiga Bulan Berujung Tangis - Cerpen Sedih
    TIGA BULAN BERUJUNG TANGIS Karya Khanissa Aghnia Afwa Namaku Ifha Dwi Ashilla, singkatnya Ifha. Aku seorang murid kelas 11 di SMA Negeri Ban...
  • Senja Pengusir Cahaya - Cerpen Cinta
    SENJA PENGUSIR CAHAYA Karya Atep Maulana Yusup Sabtu malam yang panjang dan sulit. Bagaimana tidak, aku di percaya untuk bicara langs...
  • Boneka Beruang dan Sepeda Butut - Cerpen Persahabatan
    BONEKA BERUANG DAN SEPEDA BUTUT Karya   Radifa Farah Putri berjalan lesu sepulang sekolah. Ia sangat tersinggung dengan perkataan Sarah keti...
  • Pelangi di Malam Hari - Cerpen Cinta Romantis
    PELANGI DI MALAM HARI Karya Elisabeth Cecilia Setiap nafas yang kurasakan aku selalu merindukan pelangiku, selalu mencari-cari segalanya yan...
  • Berhenti Mencintaimu - Cerpen Cinta
    BERHENTI MENCINTAIMU Karya Mellysaurma Aku terlarut dalam lagu Tak sanggup lagi(Rosa) yang mengalun begitu lembut. Begitulah kiranya ya...
  • Kumpulan Cerpen Remaja Part III Update 2013
    Cerpen Remaja - Banyak Cerpen Remaja yang sahabat Loker Seni Kirimkan ini bahwa menandakan dunia fiksi di Indonesia ini sangat berkembang ...
  • Jangan Melihat Buku Dari Sampulnya - Cerpen Motivasi Remaja
    JANGAN MELIIHAT BUKU DARI SAMPULNYA Karya Mahendra Sanjaya Hi.. perkenalkan, namaku Mahendra Sanjaya. Teman-teman biasa memanggilku Jaya. Ak...

Info mbahbejo © Lukisan Senja - Cerpen Persahabatan